Kesehatan usus kerap kali dianggap sepele, padahal fungsinya sangat penting bagi sistem imun, metabolisme, hingga kestabilan emosi. Ketika terjadi ketidakseimbangan mikrobiota dalam usus atau adanya inflamasi di saluran cerna, dampaknya bisa menjalar ke berbagai bagian tubuh.
Gangguan yang muncul pun sering tidak langsung dikaitkan dengan usus, seperti jerawat, mood swing, bahkan gangguan autoimun. Berikut ini berbagai tanda umum yang bisa menunjukkan bahwa ada masalah di saluran cerna atau usus yang perlu diperhatikan.
Masalah Pencernaan: Kembung, Kentut, Diare
Tanda paling umum dari gangguan usus adalah masalah pencernaan. Kembung yang sering, buang gas berlebihan, serta diare yang berulang bisa menjadi sinyal bahwa mikroba di usus sedang tidak seimbang. Ini bisa disebabkan oleh konsumsi makanan tidak sehat, stres, infeksi bakteri atau virus, atau efek samping obat tertentu seperti antibiotik.
Ketika sistem pencernaan terganggu, tubuh tidak dapat menyerap nutrisi secara optimal. Ini berpengaruh langsung pada sistem kekebalan, energi, dan kesehatan organ lainnya.
Sensitivitas terhadap Makanan
Jika tubuh sering menunjukkan reaksi negatif setelah mengonsumsi makanan tertentu—seperti kram perut, mual, gatal-gatal, atau diare—kemungkinan besar ada ketidakseimbangan mikrobiota atau lapisan usus yang mulai melemah. Kondisi ini biasa dikenal sebagai leaky gut syndrome, di mana lapisan usus menjadi lebih permeabel dari normal, sehingga memungkinkan zat asing masuk ke dalam aliran darah.
Sensitivitas makanan ini berbeda dari alergi. Reaksinya bisa tertunda dan tidak selalu parah, tetapi jika terus-menerus diabaikan, dapat menimbulkan peradangan sistemik yang lebih luas.
Sering Lelah, Mudah Mengantuk
Rasa lelah yang tidak kunjung hilang walau sudah cukup tidur bisa menjadi indikator adanya masalah di sistem pencernaan. Usus yang terganggu akan sulit menyerap nutrisi penting seperti zat besi, vitamin B12, dan magnesium. Ketiganya penting untuk produksi energi dan fungsi sistem saraf.
Selain itu, usus juga berperan dalam produksi hormon serotonin dan melatonin, yang berhubungan langsung dengan kualitas tidur dan suasana hati. Jika keseimbangan terganggu, maka rasa lelah akan menjadi keluhan harian.
Perubahan Mood dan Emosi Tidak Stabil
Usus sering disebut sebagai “otak kedua” karena mengandung lebih dari 100 juta neuron dan menghasilkan hingga 90% serotonin tubuh. Ketika mikrobiota usus terganggu, proses produksi serotonin juga ikut terpengaruh. Hasilnya bisa berupa perubahan mood, mudah marah, cemas, hingga gangguan depresi ringan.
Studi juga menunjukkan hubungan langsung antara ketidakseimbangan flora usus dengan kondisi seperti gangguan kecemasan dan bipolar. Ini menunjukkan bahwa kesehatan mental tak lepas dari kondisi saluran cerna.
Masalah Kulit Seperti Jerawat, Eksim, Rosacea
Kulit bisa menjadi cerminan dari kondisi dalam tubuh. Ketika usus mengalami peradangan atau tidak berfungsi optimal dalam detoksifikasi, racun akan mencari jalan keluar lain—salah satunya lewat kulit. Akibatnya, muncul breakout, eksim, rosacea, atau jerawat yang tidak kunjung sembuh.
Pola makan tinggi gula, lemak jenuh, dan rendah serat sangat berkontribusi pada rusaknya flora usus. Membersihkan pola makan dan menyeimbangkan kembali mikrobiota usus dapat memperbaiki kondisi kulit dari dalam.
Penyakit Autoimun
Dalam banyak kasus, gangguan autoimun seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau Hashimoto’s thyroiditis memiliki kaitan dengan usus yang bocor atau leaky gut. Ketika dinding usus tidak dapat menyaring zat asing dengan baik, sistem imun akan menyerang sel-sel tubuh sendiri karena keliru mengenali ancaman.
Oleh karena itu, menjaga integritas usus sangat penting untuk mencegah atau mengelola penyakit autoimun. Langkah utamanya adalah menghindari pemicu peradangan, memperbaiki pola makan, dan mengonsumsi makanan yang memperkuat lapisan usus.
Sulit Buang Air Besar
Masalah konstipasi juga merupakan salah satu gejala gangguan usus yang umum. Sering sembelit bisa mengindikasikan kekurangan serat, dehidrasi, atau kurangnya bakteri baik dalam usus. Jika feses tertahan terlalu lama, racun bisa terserap kembali ke dalam tubuh dan menimbulkan gejala lain seperti bau mulut, sakit kepala, dan kulit kusam.
Untuk mengatasi hal ini, penting untuk meningkatkan konsumsi serat dari sayuran, buah, biji-bijian utuh, dan memperbanyak air putih. Probiotik dari sumber alami juga bisa membantu memperlancar pencernaan.
Mudah Lupa dan Sulit Konsentrasi
Gangguan fokus dan ingatan ternyata juga berkaitan dengan usus. Hal ini disebabkan oleh peradangan sistemik dan gangguan penyerapan nutrisi penting yang dibutuhkan otak. Mikroba usus berperan dalam produksi asam amino dan vitamin B yang penting untuk fungsi kognitif.
Jika kamu sering merasa linglung, sulit konsentrasi, atau mudah lupa, ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh kekurangan zat gizi karena gangguan di sistem cerna.
Infeksi atau Peradangan yang Berulang
Sistem imun sangat bergantung pada kondisi mikrobiota usus. Ketika flora usus rusak, tubuh lebih mudah terkena infeksi dan peradangan. Ini bisa berupa flu yang sering kambuh, sariawan, radang tenggorokan, atau masalah kulit yang tidak kunjung sembuh.
Mengonsumsi makanan tinggi antioksidan, menghindari antibiotik yang tidak perlu, dan menjaga keseimbangan bakteri usus sangat dianjurkan untuk menguatkan daya tahan tubuh secara alami.
Waktu Tepat Periksa Kesehatan Usus
Jika kamu mengalami dua atau lebih gejala di atas secara bersamaan dan berlangsung terus-menerus, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi. Pemeriksaan sederhana seperti uji sensitivitas makanan, analisa mikrobiota usus, atau tes darah bisa membantu menemukan penyebab masalah secara lebih akurat.
Mengatur pola makan dengan prinsip anti-inflamasi, cukup tidur, aktif bergerak, dan mengurangi stres adalah fondasi utama untuk menjaga usus tetap sehat dan seimbang.