Bandung – Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan inovasi dalam pengolahan limbah organik melalui penerapan teknik “Katalisasi Fermentasi Menggunakan Bakteri Starter Probiotik EM4”. Inovasi ini diperkenalkan kepada masyarakat Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, dalam rangkaian Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa semester 6 dan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dosen pada 30 Juni – 12 Juli 2025.
Desa Mekarmanik yang memiliki luas 74,8 km² dengan lahan pertanian subur, selama ini menghadapi tantangan pengelolaan limbah organik. Sekretaris Desa, Ridwan Maulana, menegaskan bahwa potensi lahan tidur desa belum dioptimalkan. “Desa kami memiliki lahan tidur pertanian yang luas, bila dikelola dengan baik dapat menunjang Asta Cita Pemerintahan,” ujarnya.
Tim Farmasi Unisba kemudian merancang program berbasis riset lapangan untuk mengolah limbah pertanian dan rumah tangga (sayuran, buah, dan rimpang) menjadi eco-enzyme, yaitu cairan hasil fermentasi yang dapat digunakan sebagai pupuk organik ramah lingkungan. Inovasi ini dinilai dapat membantu penyediaan pupuk murah, membuka peluang kerja baru, meningkatkan nilai jual produk desa, sekaligus mengatasi masalah limbah.
Secara umum, pembuatan eco-enzyme membutuhkan waktu tiga bulan dengan formula 1:3:10 (gula, limbah organik, air). Namun, dengan teknik katalisasi fermentasi menggunakan EM4, waktu produksi dapat dipangkas hanya menjadi 10 hari. Formula yang digunakan tim adalah EM4 : Molase : Air : Limbah sebesar 2 : 3 : 30 : 5. Hasil percobaan menunjukkan cairan berwarna cokelat tua, beraroma segar seperti tape, memiliki lapisan mikroorganisme putih, dan bebas kontaminan serangga.
“Teknik ini terbukti lebih cepat menghasilkan eco-enzyme berkualitas dibandingkan formula baku. Dalam 10 hari, ciri khas fermentasi sudah terlihat jelas,” jelas apt. Gita Cahya Eka Darma, S.Farm., M.Si., Ketua Tim KKN dan PkM.
Produk eco-enzyme mandiri ini diproyeksikan menjadi solusi untuk pertanian lokal. Selain menyediakan pupuk organik yang murah dan berkelanjutan, eco-enzyme juga berpotensi dijadikan produk bernilai jual bagi masyarakat desa.
Kegiatan pameran dan penyuluhan yang dihadiri perangkat kecamatan, perangkat desa, kelompok tani, karang taruna, dan ibu-ibu kader desa disambut antusias warga. Kepala Desa Mekarmanik, Nanang Suryana, menyampaikan apresiasi. “Kami sangat berterima kasih atas edukasi ini. Semoga bisa terus berlanjut demi kebaikan desa,” katanya.
Para peserta menilai metode pembuatan eco-enzyme sederhana, dengan bahan dan alat yang mudah diperoleh. Hal ini membuka peluang penerapan langsung oleh warga tanpa membutuhkan modal besar.
Program ini menjadi bukti sinergi antara dunia akademik dan masyarakat desa dalam pengembangan pertanian berkelanjutan. Tim Farmasi Unisba berharap keberlanjutan program dapat memberikan dampak positif yang lebih luas.
