Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Kamis, 13 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Bela Negara atau Bela Penguasa?

Ketika kader bela negara berubah jadi tentara digital yang anti-kritik dan terlalu tunduk pada kekuasaan.
Udex MundzirUdex Mundzir13 April 2025 Opini
Kritik Alumni Bela Negara dan Politik Kekuasaan
Ilustrasi Kritik Alumni Bela Negara dan Politik Kekuasaan (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Program-program pelatihan bela negara digalakkan dengan semangat tinggi. Pemerintah mengklaim ini sebagai upaya membangun nasionalisme dan semangat cinta tanah air. Namun kenyataannya, banyak kader alumni pelatihan itu justru menjelma menjadi pion-pion yang bukan membela negara, tapi membela penguasa.

Mereka mulai ikut ramai di media sosial. Mengibarkan jargon nasionalisme. Berteriak soal ancaman terhadap stabilitas. Tapi giliran ada kritik terhadap pemerintah—mereka justru menyerang balik. Bukan dengan argumen, tapi dengan kemarahan, ancaman, dan labelisasi: pengkhianat, radikal, tidak cinta NKRI.

Fenomena ini menyedihkan. Karena sejatinya, bela negara tidak identik dengan membela kebijakan yang keliru. Bela negara bukan soal memuja kekuasaan. Tapi menjaga agar kekuasaan tidak keluar jalur.Ironisnya, banyak dari mereka justru lebih gusar kepada kelompok-kelompok sipil yang bersuara kritis. Mereka tidak risih pada korupsi, kolusi, atau manipulasi. Tapi mereka reaktif jika ada warga mempertanyakan proyek mangkrak, utang negara, atau penyalahgunaan kekuasaan.

Mereka lupa, negara bukan milik pemerintah. Negara adalah milik rakyat. Dan tugas warga negara—termasuk alumni bela negara—adalah mengawal agar negara dijalankan sesuai konstitusi dan amanat rakyat. Bukan menutup mata atas kesewenang-wenangan dengan dalih “demi stabilitas” dan “yang penting guyub”.

Bela negara tidak identik dengan loyalitas buta. Justru dalam banyak kasus, yang paling cinta negara adalah mereka yang berani mengkritik ketika negara diselewengkan oleh elitnya. Kritik bukan bentuk kebencian. Kritik adalah bentuk tertinggi dari kecintaan yang rasional.

Yang menyedihkan, program bela negara ini tak jarang dijalankan dalam atmosfer indoktrinasi. Pesertanya dijejali semangat semu tentang ancaman luar, tanpa diajak berpikir kritis terhadap ancaman dari dalam, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan manipulasi hukum.

Dalam atmosfer seperti ini, tidak heran jika banyak alumninya menjadi pasukan “buzzer halus”. Tidak dibayar, tapi secara sukarela menyerang oposisi. Tidak ditugaskan secara formal, tapi merasa bertugas atas nama negara—padahal yang dibela bukan negara, melainkan citra pejabat.

Inilah titik krusialnya, ketika negara mulai menyamakan dirinya dengan pemerintah, maka segala bentuk kritik dianggap sebagai ancaman. Dan di sinilah para kader bela negara kehilangan orientasi. Mereka lupa bahwa sumpah mereka adalah untuk republik ini, bukan untuk wajah pemimpinnya.

Bela negara sejati bukan tentang membela simbol, lambang, atau sosok tertentu. Tapi membela nilai. Membela keadilan. Membela konstitusi. Termasuk jika itu berarti berdiri di barisan yang berseberangan dengan kekuasaan yang melenceng.Semoga para “oknum” alumni bela negara segera sadar.

Bahwa keberanian bukan ditunjukkan dengan menyerang lawan politik pemerintah. Tapi dengan menjaga agar negara tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai luhur yang mereka ikrarkan saat pelatihan dulu.

Anti-Kritik Bela Negara Kritik Pemerintah Loyalis Kekuasaan Politik Populis
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleRakyat Jabar Dijadikan Figuran “Bapak Aing”
Next Article Ribuan Warga Riau Ikuti Karhutla Fun Run 2025

Informasi lainnya

Ketika Relawan Butuh Akal Sehat, Bukan Sekadar Semangat

26 Oktober 2025

Cuaca Panas? Inilah Tanaman yang Bisa Menyejukan Rumah

21 Oktober 2025

Mengemudi Visi, Bukan Hanya Mobil Listrik

21 Juni 2025

Titik Berat Indonesia dalam Konflik Timur Tengah

21 Juni 2025

Bela Negara Bukan Membungkam Kritik

13 Juni 2025

KDM, Calon Diktator yang Terlihat Merakyat

1 Mei 2025
Paling Sering Dibaca

Tips Mengatur Waktu agar Gak Overwhelmed Tiap Hari

Daily Tips Alfi Salamah

Untuk Apa Kenaikan UMP 6,5% Itu?

Editorial Udex Mundzir

Israel Lahir Lewat Teror dan Genosida

Editorial Udex Mundzir

Keistimewaan Haji Lansia: Ihram Pengganti di Gelombang Kedua

Islami Alfi Salamah

Samarinda ke Bontang: Di Atas Aspal Berliku, Menuju Kota di Ujung Timur

Travel Alfi Salamah
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

KPK Cetak Quattrick di Riau, Empat Gubernur Tersandung Korupsi

PB XIII Hangabehi Wafat, Takhta Keraton Surakarta Tunggu Pewaris Resmi

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.