Naypyidaw – Getaran dahsyat mengoyak tanah Myanmar pada Jumat siang (28/3/2025), ketika gempa bumi bermagnitudo 7,7 mengguncang kawasan barat laut Kota Sagaing. Hanya selang 12 menit, gempa susulan berkekuatan 6,4 kembali mengguncang wilayah yang sama, memicu kerusakan masif dan kepanikan warga.
Menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), episentrum gempa berada sekitar 16 kilometer dari Kota Sagaing. Gempa ini tak hanya meluluhlantakkan sebagian wilayah Myanmar, namun juga terasa hingga ke Thailand dan China.
Rumah Sakit besar di Naypyidaw dilaporkan mengalami lonjakan pasien luka. Jalanan rusak parah, akses menuju RS terhambat total, dan korban luka dirawat di luar gedung dengan kondisi seadanya. Infus bergelantungan di brankar, para korban tampak meringis kesakitan, sebagian lainnya terbaring tak bergerak.
Dewan militer Myanmar mengonfirmasi kondisi darurat di beberapa wilayah, termasuk Sagaing, Mandalay, Magway, Bago, Negara Bagian Shan Timur, dan Naypyidaw. Pemerintah menyerukan donor darah bagi para korban dan fokus pada penyelamatan serta pemulihan infrastruktur.
“Kami dengar orang-orang berteriak minta tolong,” kata Wakil Kepala Polisi Distrik Bang Sue di Bangkok, Worapat Sukthai.
Dampak juga terasa kuat di Bangkok, Thailand, di mana air kolam dari atas gedung menyembur ke jalan dan bangunan pemerintah yang tengah dibangun di dekat Taman Chatuchak runtuh. Sekitar 50 pekerja konstruksi berada di lokasi saat kejadian, dan 43 di antaranya kini dilaporkan hilang.
Warga setempat panik dan berhamburan ke jalan. “Saya sangat panik. Sudah lebih dari satu dekade sejak gempa sekuat ini terasa di Bangkok,” ujar Bui Thu, jurnalis BBC yang bermukim di Thailand.
Myanmar dikenal rawan gempa karena berada di dekat Sesar Sagaing, salah satu zona seismik aktif di kawasan Asia Tenggara. Namun, terbatasnya akses informasi dan ketatnya kontrol junta militer menyulitkan upaya penyelamatan dan pelaporan kondisi di lapangan.