Lumajang – Langit pagi di kawasan Gunung Semeru kembali menghitam pada Selasa (15/4/2025) pukul 09.18 WIB, ketika gunung tertinggi di Pulau Jawa itu meletus dan memuntahkan abu vulkanik setinggi 1.000 meter dari puncaknya.
Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kolom abu terlihat berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal, menyebar ke arah barat daya.
Erupsi kali ini terdeteksi melalui seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 190 detik. Hingga hari ini, Gunung Semeru masih berada dalam status Waspada (Level II) dan tercatat telah meletus sebanyak 1.298 kali sepanjang tahun 2025.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian, mengingatkan masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah aktif. Ia juga menegaskan larangan beraktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari pusat letusan.
“Tidak beraktivitas dalam radius 3 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar,” ungkap Mukdas.
Ia menambahkan bahwa potensi awan panas, guguran lava, dan lahar masih mengancam sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru, termasuk Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat.
PVMBG mencatat bahwa pada Senin (14/4/2025), Gunung Semeru mengalami 43 kali gempa letusan, dua kali guguran, empat kali hembusan, dua kali gempa harmonik, satu kali gempa vulkanik dalam, dan tujuh kali gempa tektonik jauh. Aktivitas vulkanik ini menjadi peringatan nyata bagi warga untuk terus meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat di sekitar Gunung Semeru diimbau terus memantau perkembangan informasi dari pihak berwenang dan menghindari lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebagai zona bahaya.