Musi Banyuasin – Dari sebuah lahan kecil di belakang rumahnya, Ibu Putri berhasil mengubah lahan kosong itu menjadi sumber rezeki baru. Bersama sang suami, ia sukses memanen 66 kilogram jangkrik yang mereka kembangkan sejak Juli 2024.
Dengan bantuan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Simpati Kencana, Ibu Putri kini bisa merasakan manisnya panen pertama dan mendapatkan omset mencapai Rp3.140.000.
Panen pertama dilakukan pada Agustus 2024, sekitar 35 hari setelah budidaya dimulai. Seluruh hasil panennya langsung dibeli oleh pengepul setempat. Meski sederhana, usaha ini membuka peluang bagi Ibu Putri untuk tetap berpenghasilan tanpa harus meninggalkan keluarganya.
Dukungan positif pun datang dari masyarakat. Dalam kolom komentar di media sosial, seorang netizen bernama Deni Ardiansah memberikan semangat kepada Ibu Putri.
“Semangat Bu, zaman sekarang gak ada kata gengsi. Apa yang kita kerjakan harus tetap semangat,” tulis Deni Ardiansah di akun Facebook.
Namun, tidak sedikit pula yang mengkhawatirkan masalah pemasaran, terutama bagi usaha skala rumahan.
“Sekarang bukan soal gengsi, setelah panen kemana dan siapa yang tampung. Karena di Indonesia sulit saat pemasaran seperti sayuran contoh timun, kacang panjang, terong, tomat, cabe,” ungkap Cekpen Pehan dalam komentar lainnya.
Menguatkan pendapat tersebut, Komariyah Adi juga mengutarakan kesulitan yang ia alami dalam pemasaran produk hasil olahannya.
“Betul sekali, saya juga bantu suami cari penghasilan, hasil kreasi siap, tapi pemasarannya bingung harus kemana?” tulis Komariyah Adi.
Menurutnya, meskipun telah menjalani berbagai pelatihan, tantangan tetap ada di soal akses pasar.
Ibu Putri menyadari tantangan tersebut. Ia berharap akan ada pelatihan untuk memproduksi telur jangkrik agar usaha jangkriknya bisa berkembang lebih jauh.
“Budidaya jangkrik ini termasuk mudah dan dapat dilakukan di belakang rumah untuk menambah pendapatan keluarga,” ujar Ibu Putri.
Menanggapi hal ini, pengguna akun Wildhan memberi saran kepada Ibu Putri dan calon-calon wirausahawan lainnya agar berhati-hati dalam memulai usaha.
“Lihat kondisi dan peluanglah dulu sebelum terjun ke dunia usaha, jangan ikut-ikutan karena ada yang sudah berhasil,” komentar Wildhan.
Permintaan akan pelatihan dan dukungan untuk usaha jangkrik semakin santer terdengar, bahkan ada netizen lain yang tertarik untuk mengikuti jejak Ibu Putri.
“Minta doanya juga, Bunda. Suami saya juga mau berencana ternak jangkrik. Kalau boleh berbagi ilmunya,” tulis Ekapurwanti penuh harap.
Di balik semangat itu, Riski menyoroti masalah mendasar yang kerap dihadapi pengusaha kecil seperti Ibu Putri.
“Sebenarnya banyak peluang usaha, hanya saja keterbatasan modal, lahan, dan pengetahuan,” ujar Riski.
Dengan meningkatnya kebutuhan pakan burung dan ikan hias, budidaya jangkrik di Musi Banyuasin memiliki prospek cerah. Langkah kecil yang diambil Ibu Putri ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat desa lain untuk mandiri secara ekonomi, meski dalam keterbatasan lahan dan modal.