Jakarta – Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Indonesia hingga kini masih menjadi tantangan besar. Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Irma Suryani, menyatakan bahwa pengendalian TBC belum optimal, salah satunya karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gejala dan risiko penularan penyakit tersebut.
Irma menanggapi data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang menyebutkan sebanyak 274 Rukun Warga (RW) di ibu kota berstatus siaga TBC. Menurutnya, kondisi ini mencerminkan masalah yang lebih luas secara nasional. Ia menekankan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengenali gejala dan menjalani pengobatan secara tuntas masih sangat rendah.
“Sebetulnya bukan mendadak mengungkapkan bahwa di DKI ada 274 RW yang siaga TBC, tetapi sebetulnya memang penderita TBC di Indonesia masih banyak dan sulit diatasi karena pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit TBC masih jarang diketahui masyarakat,” kata Irma kepada inilah.com pada Sabtu (17/5/2025).
Irma juga menyoroti bahwa banyak pasien tidak menyadari bahwa TBC sangat mudah menular, terutama kepada anggota keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Ketidaksadaran ini menyebabkan deteksi dini sering terlambat dan upaya pencegahan kurang efektif.
Terkait uji coba vaksin TBC M72 yang dilakukan oleh yayasan milik Bill Gates di Indonesia, Irma mengungkapkan dukungan penuh. Ia menyebut vaksin tersebut sudah melalui uji klinis internasional, berbeda dengan vaksin COVID-19 yang saat itu langsung digunakan tanpa proses uji yang panjang.
“Jika vaksin tersebut sudah lulus uji klinis dunia tentu tidak masalah. Lagi pula ada enam negara yang akan diberikan vaksin ini, yaitu negara-negara dengan kasus TBC yang masih tinggi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, sebelumnya menyatakan bahwa Pemprov telah mengimplementasikan strategi pengendalian TBC berbasis komunitas. Salah satunya dengan mengerahkan Pasukan Putih dan kader TB untuk mendeteksi kasus secara aktif dan memberikan edukasi ke lingkungan padat penduduk.
Ani juga menekankan pentingnya disiplin dalam pengobatan. Pasien TBC wajib mengikuti pengobatan hingga tuntas agar tidak menularkan penyakit dan menghindari resistansi obat.
Pemerintah pusat maupun daerah diminta terus meningkatkan upaya edukasi publik agar pemahaman masyarakat soal TBC membaik, sehingga penyebarannya bisa ditekan secara signifikan.