Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 14 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

SPMB: Reformasi atau Sekadar Rebranding?

Mengganti nama tanpa mengubah esensi adalah ilusi reformasi yang hanya menunda perbaikan nyata dalam sistem pendidikan kita.
Udex MundzirUdex Mundzir30 Januari 2025 Editorial
Reformasi Sistem Penerimaan Murid Baru
Reformasi Sistem Penerimaan Murid Baru (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Sistem penerimaan murid baru berubah—dari PPDB menjadi SPMB. Pemerintah beralasan perubahan ini untuk meningkatkan keadilan dan pemerataan akses pendidikan. Namun, publik bertanya: apakah ini solusi konkret atau sekadar penggantian nama untuk menutupi masalah lama yang tak kunjung terselesaikan?

Sejak diberlakukan pada 2017, sistem zonasi dalam PPDB memang menuai kritik. Tujuan awalnya adalah pemerataan kualitas pendidikan, tetapi dalam praktiknya banyak terjadi penyimpangan. Manipulasi domisili, pungutan liar, dan jalur belakang menjadi keluhan tahunan. KPK bahkan melaporkan 21,31% sekolah melakukan pungutan liar, dan 38,77% menerima titipan anak pejabat. Alih-alih mengatasi ketimpangan, zonasi justru memperburuknya: siswa dari keluarga mampu bisa “membeli” akses, sementara yang kurang mampu sering kali tersisih.

Kini, sistem baru diperkenalkan dengan perubahan utama berupa empat jalur penerimaan: domisili, afirmasi, mutasi, dan prestasi. Konsep zonasi diubah menjadi “domisili” dengan harapan menghilangkan stigma negatif. Namun, jika esensinya tetap berbasis jarak, apakah ini benar-benar solusi atau hanya pergantian istilah?

Jalur afirmasi, yang diperuntukkan bagi siswa miskin dan penyandang disabilitas, dijanjikan mendapat kuota lebih besar. Namun, tanpa mekanisme validasi yang ketat, ini bisa menjadi celah baru bagi manipulasi data. Kasus piagam kejuaraan palsu dan kartu keluarga fiktif di PPDB 2024 seharusnya menjadi peringatan.

Di jalur prestasi, ada tambahan kriteria kepemimpinan, seperti pengurus OSIS atau Pramuka. Ini menarik, tetapi perlu dipertanyakan: bagaimana standar penilaiannya? Apakah semua sekolah memiliki parameter yang sama? Tanpa aturan jelas, hal ini bisa menambah potensi subjektivitas dan ketidakadilan dalam seleksi.

Masalah utama bukan hanya sistemnya, melainkan kurangnya pengawasan dan pemerataan kualitas sekolah. Di banyak daerah, sekolah negeri masih dianggap superior dibandingkan swasta. Pemerintah seharusnya fokus meningkatkan standar sekolah di semua wilayah, bukan sekadar merombak aturan penerimaan siswa.

Pemerintah juga perlu menindak tegas praktik suap dan kecurangan dalam penerimaan siswa baru. Tanpa mekanisme transparan dan sanksi tegas, kebijakan sebaik apa pun hanya akan jadi formalitas. Selain itu, digitalisasi sistem seleksi perlu diperkuat agar lebih transparan dan bebas intervensi.

SPMB akan diuji efektivitasnya pada tahun ajaran baru. Jika hanya perubahan kosmetik tanpa solusi nyata terhadap akar masalah, maka reformasi ini tidak lebih dari rebranding kebijakan lama. Pendidikan berkualitas harus menjadi hak semua anak Indonesia, bukan sekadar hak istimewa bagi mereka yang bisa mengakali sistem.

Kecurangan PPDB Ketimpangan Sekolah Pendidikan Indonesia Reformasi Pendidikan SPMB 2025
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleBansos Tak Dipangkas Meski Anggaran Kementerian Ditekan
Next Article Valentina Vassilyeva: Ibu dengan Anak Terbanyak dalam Sejarah

Informasi lainnya

Menguji Gelar Pahlawan Soeharto

13 November 2025

Insentif MBG: Jangan Alihkan Beban

2 November 2025

Kehadiran Prabowo di Kongres Projo, Akan Menegaskan Dirinya “Termul”

1 November 2025

Sentralisasi Berkedok Nasionalisme

31 Oktober 2025

Siapa Kenyang dari Proyek Makan Bergizi?

27 Oktober 2025

Larangan Baju Bekas: Tegas Boleh, Serampangan Jangan

27 Oktober 2025
Paling Sering Dibaca

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Travel Alfi Salamah

Asal-Usul Shalat Tarawih 20 Rakaat Plus Witir 3 Rakaat

Islami Ericka

Evis Santika: Wajah Baru di Kwarran Pramuka Cisayong

Profil Silva

Makan Gratis, Simbol Negara Gagal

Editorial Udex Mundzir

Yang Mau Lanjutkan Bangun IKN, Silakan Patungan

Editorial Udex Mundzir
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Universitas Cipasung Tasikmalaya Cetak Guru Inovatif Lewat STEAM

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

APBD Kutim Turun Drastis, Pemkab Upayakan TPP ASN Tetap Aman

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.