Tasikmalaya – Langit pagi di Mangunreja belum tinggi saat derap sepatu pasukan menggema di Lapangan SOR. Sebanyak 3.000 personel gabungan berdiri tegap dalam Apel Gelar Pasukan, Rabu (16/4/2025), untuk bersiap menjaga jalannya Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kabupaten Tasikmalaya yang akan digelar Sabtu, 19 April 2025.
Apel dipimpin langsung oleh Karo Operasi Polda Jawa Barat, Kombes Pol Laode Aries El Fathar, didampingi unsur Forkopimda. Pemeriksaan dilakukan menyeluruh—dari pasukan berseragam hingga peralatan penunjang yang akan dibawa ke 2.847 TPS yang tersebar di 39 kecamatan dan 351 desa.
“Hari ini pengecekan terakhir kami lakukan terhadap pasukan dan peralatannya. Semuanya telah siap menjaga pesta demokrasi ini,” tegas Kombes Laode.
Dari 3.000 personel tersebut, sebanyak 1.997 ditugaskan khusus menjaga TPS, dengan formasi dua anggota di tiap titik rawan, dan satu anggota untuk dua TPS di lokasi yang relatif aman.
“Kami sudah petakan semua. Setiap TPS akan terjaga,” tambahnya.
Tak hanya dari unsur TNI-Polri, pengamanan melibatkan Satpol PP, BPBD, Tagana, Dinas Perhubungan, Damkar, hingga Linmas. Semua dikerahkan demi satu tujuan: menjamin rasa aman bagi masyarakat saat memberikan suaranya.
Yang menarik, pengamanan tak hanya menyasar potensi kerawanan sosial-politik. Laode menegaskan, pihaknya juga telah memetakan lokasi rawan bencana. Peralatan berat dan jalur evakuasi telah disiapkan bekerja sama dengan BPBD dan Dinas Teknis.
“Untuk daerah rawan longsor atau banjir, sudah ada koordinasi dan alat berat disiagakan,” katanya.
Upaya preventif juga dilakukan dengan menyambangi tokoh agama dan masyarakat. Silaturahmi lintas sektoral digencarkan untuk meredam potensi konflik horizontal menjelang PSU.
“Tokoh agama dan masyarakat punya peran vital. Kami sudah sampaikan pentingnya menjaga keamanan bersama,” ucap Kombes Laode, dengan nada penuh harap.
PSU kali ini memang menyimpan ketegangan tersendiri. Setelah Pilkada serentak 2024 dibatalkan Mahkamah Konstitusi karena pelanggaran sistemik, kepercayaan publik diuji kembali. Maka, pengamanan ketat menjadi keharusan, bukan pilihan.
Warga seperti Endah Rukmana (31), ibu rumah tangga asal Karangnunggal, mengaku merasa lebih tenang dengan kehadiran aparat.
“Kami sempat khawatir akan ada gesekan antarpendukung. Tapi kalau sudah dijaga seperti ini, rasanya aman,” katanya saat ditemui usai apel pasukan.
Sementara itu, pengamat politik Tasikmalaya, Dadang Sudrajat, menyebut apel gelar pasukan ini lebih dari sekadar formalitas. Ia menyebut, kehadiran personel gabungan adalah simbol negara hadir melindungi hak rakyat untuk memilih tanpa rasa takut.
“Pemilu tanpa rasa aman adalah demokrasi yang cacat. Kehadiran negara melalui aparat membuat warga yakin suara mereka akan dihargai,” ujar Dadang.
Dengan waktu tinggal tiga hari menuju PSU, suasana di Tasikmalaya terasa seperti menjelang ujian besar. Semua pihak siaga, dari aparat, penyelenggara, hingga masyarakat biasa yang berharap perubahan dari bilik suara.
Tasikmalaya tengah menulis ulang sejarah pilkadanya. Tapi sebelum lembar itu dibuka, 3.000 personel telah lebih dulu menulis kata “siap” di medan pengabdian mereka.
