Merek kopi lokal yang semakin populer, Toko Kopi Tuku, resmi mengambil langkah strategis dengan membeli hak penamaan Stasiun MRT Cipete Raya. Kini, stasiun tersebut dikenal sebagai Cipete Tuku. Ini adalah langkah besar yang menunjukkan ambisi Kopi Tuku dalam memperkuat eksistensinya di tengah masyarakat urban Jakarta.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi branding inovatif. Dengan nama stasiun yang disebut berulang kali oleh pengguna MRT, Tuku mendapatkan eksposur tinggi secara langsung. Tentu saja, strategi ini membutuhkan biaya besar, tetapi dampaknya bagi penguatan merek lokal sangat signifikan.
Menurut Farchad Mahfud, Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta, naming rights menyumbang hampir 50% dari total pendapatan non-fare box MRT Jakarta. “Kontribusi pendapatan non-fare box MRT sebagian besar berasal dari pengusahaan hak penamaan stasiun,” jelasnya.
Hak penamaan stasiun MRT atau naming rights memiliki harga yang bervariasi. Misalnya, Grab membayar Rp33 miliar untuk Stasiun MRT Lebak Bulus dengan kontrak selama 2–5 tahun. Bank DKI juga membeli hak penamaan Stasiun MRT Bundaran HI sejak Oktober 2024 dengan nilai kontrak yang sangat besar.
Untuk Stasiun Cipete Tuku, nilai kontraknya diperkirakan berkisar antara Rp3–5 miliar. Dengan biaya tersebut, Tuku mendapatkan branding permanen selama kontrak berlangsung. Langkah ini memberikan dampak besar pada pengakuan merek, sekaligus mendukung keberlanjutan operasional MRT Jakarta.
MRT Jakarta saat ini bekerja sama dengan sembilan merek besar untuk hak penamaan di 13 stasiun. Beberapa di antaranya adalah Stasiun Lebak Bulus GRAB, Fatmawati INDOMARET, Blok M BCA, Senayan MASTERCARD, Istora MANDIRI, Bundaran HI Bank DKI, dan tentunya Cipete TUKU. Dengan kolaborasi ini, MRT Jakarta memanfaatkan pendapatan non-tiket untuk mendukung pengembangan transportasi publik yang lebih baik. Di sisi lain, merek seperti Tuku dapat memanfaatkan eksposur tinggi untuk memperluas pengaruhnya.
Langkah Toko Kopi Tuku ini bukan sekadar strategi branding biasa. Ini adalah investasi jangka panjang yang memperkuat posisinya sebagai merek lokal unggulan. Dengan kehadiran nama “Cipete Tuku,” Kopi Tuku membangun identitas yang melekat erat dengan kehidupan urban Jakarta.
Keputusan ini juga mencerminkan keberanian untuk berkompetisi dengan merek besar lainnya di Indonesia. Bagi masyarakat, kolaborasi bisnis dan transportasi seperti ini memberikan dampak positif pada kemajuan kota sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap merek lokal.