Sibolga – Di tengah hujan yang seakan tak berhenti menampar pesisir barat Sumatera Utara, tim SAR berpacu dengan waktu menyisir titik-titik bencana di Sibolga dan Tapanuli Raya. Upaya pencarian dan pertolongan diperluas setelah laporan warga hilang terus bertambah, sementara banjir dan longsor kian meluas di berbagai kecamatan.
Peningkatan operasi dilakukan Basarnas sejak Kamis (27/11/2025), dipimpin Kepala Kantor SAR Nias, Putu Arga Sudjarwadi. Tim gabungan dari Pos SAR Sibolga, TNI-Polri, BPBD, Polairud, serta relawan diterjunkan ke wilayah yang terisolasi akibat putusnya jalan dan gangguan jaringan komunikasi.
Mereka membawa perlengkapan darat dan laut, perangkat medis, alat komunikasi, hingga drone thermal untuk mempercepat penelusuran korban. “Sudah disebar di beberapa titik pada hari kedua operasi SAR digelar,” ujarnya.
Putu menjelaskan, medan yang dihadapi tidak sederhana. Banyak jalur utama terputus, gelombang laut meninggi, listrik padam, dan sinyal telekomunikasi lumpuh di sejumlah desa. Kondisi tersebut membuat mobilisasi tim tidak selalu berjalan mulus dan harus disesuaikan dengan keselamatan para petugas.
“Upaya pencarian tetap dilakukan dengan menyesuaikan kondisi keselamatan petugas,” tuturnya.
Data Pusat Pengendalian Operasi Basarnas mencatat banjir bandang dan longsor memberikan dampak signifikan terhadap wilayah-wilayah di Kabupaten Tapanuli Tengah, khususnya di Badiri, Pinangsori, Lumut, Sarudik, Tukka, Pandan, Sibabangun, Tapian Nauli, dan Kolang.
Sedikitnya 1.902 keluarga terdampak, dengan angka tertinggi berasal dari Kecamatan Kolang sebanyak 1.261 keluarga. Satu keluarga berisi empat orang ditemukan meninggal setelah tertimbun longsor.
Di Tapanuli Selatan, banjir bandang melanda Aek Ngadol, Hutagodang, Garoga, Batuhoring, dan Hapesong Baru di Kecamatan Batang Toru. Enam warga meninggal akibat banjir bandang, sementara tujuh lainnya menjadi korban longsor di Parsariran, Hapesong Baru.
Di Kota Sibolga, Kecamatan Sibolga Selatan menjadi zona paling terdampak, dengan delapan warga ditemukan meninggal dan 21 orang masih dinyatakan hilang. Jumlah tersebut diperkirakan dapat bertambah karena sebagian wilayah masih sulit dijangkau tim SAR.
Pemerintah daerah bersama Basarnas telah menyiapkan sejumlah titik pengungsian guna menampung warga yang kehilangan rumah. Di antaranya GOR Pandan di Tapanuli Tengah, gedung SMPN 5 Parombunan di Sibolga, serta RS Bhayangkara Batang Toru dan beberapa titik lainnya di desa-desa terdampak di Tapanuli Selatan. Para pengungsi kini sangat bergantung pada suplai logistik dasar yang sebagian masih terkendala akses.
Di tengah situasi yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik, upaya pencarian terus dikebut demi menemukan warga yang masih belum diketahui keberadaannya. Meski cuaca tidak bersahabat, tim SAR berkomitmen melanjutkan operasi hingga seluruh area terdampak terjangkau.
