Jakarta – Organisasi non-profit berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), Brookings Institution, menyatakan bahwa gerakan BDS tidak akan secara drastis mempengaruhi perekonomian Israel.
Sebab, sekitar 40 persen ekspor Israel adalah barang “intermediet” atau produk tersembunyi yang ada dalam proses produksi barang di tempat lain, seperti semikonduktor.
Sejalan dengan The Jerusalem Post, bahwa Israel membantah gerakan boikot dapat merugikan mereka. Justru, hal tersebut hanya akan menambah penderitaan rakyat Palestina, bukan menguranginya.
Bahkan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melarang kelompok-kelompok yang mendukung gerakan boikot. Sebab, ribuan orang di Israel berpotensi kehilangan pekerjaan jika boikot terjadi secara penuh oleh internasional.
Selain itu, sekitar 50 persen dari ekspor Israel adalah barang “diferensiasi”. Seperti chip komputer khusus atau barang yang tidak dapat tergantikan.
Namun, data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa ekspor barang-barang “intermediet” mengalami penurunan tajam dari 2014 hingga 2016. Hal ini menimbulkan kerugian sekitar US$6 miliar atau sekitar Rp94,16 triliun.
