Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut adanya “raja kecil” di tubuh birokrasi pemerintah bukanlah sebuah pengungkapan baru, melainkan pengulangan retorika lama tentang musuh dalam selimut di pemerintahan.
Fenomena wartawan gadungan bukan sekadar anomali dalam dunia jurnalisme. Itu ancaman serius yang merusak fondasi utama profesi ini: integritas, kredibilitas, dan kepercayaan publik.
Kebakaran yang melanda Gedung Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (08/02/2025) malam, dengan cepat ditangani oleh petugas pemadam kebakaran.
bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan sebuah momen refleksi yang menyakitkan tentang kondisi kebebasan pers di Indonesia.
Ibu Kota Negara (IKN) yang awalnya dibungkus dengan narasi modernisasi, transformasi, dan kebanggaan nasional, kini justru menjadi bahan olok-olok di ruang publik.
Pernyataan Bahlil Lahadalia dalam Rapat Kerja Nasional Partai Golkar tahun 2025 menunjukkan bagaimana politik di Indonesia sering kali terjebak dalam logika kekuasaan yang dangkal.
Pada tahun 2007, pemerintah Indonesia dengan penuh semangat meluncurkan program konversi minyak tanah ke gas elpiji (LPG) 3 kg di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
Prabowo Subianto menggebrak panggung politik dengan pernyataan keras soal kemungkinan reshuffle Kabinet Merah Putih.
Drama politik di Kalimantan Timur akhirnya berakhir di Mahkamah Konstitusi. Gugatan sengketa Pilgub yang diajukan Isran-Hadi resmi ditolak.
publik terhadap kinerja kabinet Prabowo-Gibran, sebuah nama mencuat sebagai figur dengan tingkat kepuasan tertinggi: Prof. Nasaruddin Umar, Menteri Agama, yang meraih apresiasi publik hingga 92,9% menurut survei nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Januari 2025.