Tel Aviv – Ribuan warga Israel menggelar aksi demonstrasi besar di pusat kota pada Selasa (26/8/2025). Mereka menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghentikan operasi militer di Gaza dan segera memulangkan para sandera yang masih ditahan Hamas. Aksi ini berlangsung bertepatan dengan rapat kabinet keamanan Israel yang dipimpin langsung oleh Netanyahu.
Sejak pagi, massa memblokir jalan-jalan utama dengan membawa bendera Israel dan foto para sandera. Lokasi yang dikenal sebagai “Lapangan Penyanderaan” dipenuhi teriakan keras menuntut pemerintah segera mengambil keputusan. “Saya di sini menuntut pemerintah membuat kesepakatan, pulangkan semua sandera, dan akhiri perang,” kata Yoav Vider (29), salah seorang demonstran, dikutip dari AFP, Rabu (27/8/2025).
Kemarahan terbesar datang dari keluarga para sandera. Ruby Chen, ayah salah satu sandera, menuding Netanyahu lebih mengutamakan operasi militer dibanding keselamatan warganya sendiri. “Netanyahu memprioritaskan penghancuran Hamas daripada pembebasan sandera. Ia rela mengorbankan 50 sandera demi kepentingan politik,” ujarnya.
Namun, Netanyahu tetap pada sikapnya. Seusai rapat kabinet, ia menyatakan bahwa perang Gaza akan terus berjalan. “Ini dimulai di Gaza, dan akan berakhir di Gaza,” ucapnya singkat.
Sementara itu, tekanan internasional semakin meningkat. Qatar, yang berperan sebagai mediator, mendesak Israel menanggapi proposal gencatan senjata dari Hamas. “Tanggung jawab sekarang sepenuhnya ada pada Israel. Selebihnya hanyalah pencitraan politik,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari.
Situasi di Gaza sendiri semakin memburuk. Serangan udara Israel ke sebuah rumah sakit baru-baru ini menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis dari media besar internasional. Militer Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan pada instalasi Hamas, namun berjanji melakukan evaluasi atas prosedur otorisasi operasi.
Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, lebih dari 62.800 warga Palestina dilaporkan tewas. Dari 251 sandera yang diculik Hamas, sebanyak 49 orang masih ditahan, dengan 27 di antaranya diperkirakan sudah meninggal dunia.
Di dalam negeri, tekanan publik terhadap Netanyahu terus meningkat, baik dari masyarakat sipil maupun keluarga korban. Pertanyaan besar kini muncul: apakah pemerintah Israel akan memilih jalan diplomasi atau terus melanjutkan operasi militer meski kritik semakin meluas?