Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 14 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Trump Ubah Pentagon Jadi Departemen Perang, Sindir Xi-Putin-Kim

Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menghidupkan kembali nama Departemen Perang, sekaligus melontarkan sindiran terhadap pertemuan tiga pemimpin dunia di Beijing.
ErickaEricka5 September 2025 Global
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Washington DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menandatangani perintah eksekutif untuk mengganti nama Kementerian Pertahanan atau Pentagon menjadi Departemen Perang pada Jumat (5/9/2025). Langkah ini menandai kebijakan besar pertama dalam masa kepemimpinannya yang menekankan pendekatan konfrontatif dalam isu pertahanan dan keamanan.

Menurut laporan BBC, perubahan nama tersebut belum bisa berlaku sepenuhnya tanpa persetujuan Kongres AS karena status departemen eksekutif diatur dalam undang-undang. Meski begitu, Trump menyatakan optimistis bahwa mayoritas anggota parlemen akan menyetujui kebijakan ini.

“Nama Departemen Perang menyampaikan pesan kesiapan dan tekad yang lebih kuat dibandingkan Departemen Pertahanan, yang hanya menekankan kemampuan bertahan,” bunyi teks perintah eksekutif yang diteken Trump.

Trump juga beralasan bahwa nama Departemen Perang memiliki nilai historis penting, mengingat AS meraih kemenangan besar dalam dua perang dunia dengan nama tersebut. Ia menegaskan bahwa pergantian ini bertujuan untuk mempertegas sinyal kepada lawan bahwa AS siap melindungi kepentingannya dengan segala cara.

Namun, perubahan nama diperkirakan menelan biaya miliaran dolar. Media AS melaporkan bahwa ratusan lembaga, seragam militer, alamat email resmi, hingga logo institusi perlu diganti. Hal ini justru dapat menghambat rencana efisiensi belanja militer yang sebelumnya dipromosikan Pentagon.

“Trump sedang menghidupkan kembali retorika lama. Pertanyaannya bukan hanya soal simbol, melainkan juga efektivitas kebijakan di tengah persaingan global,” ujar seorang analis kebijakan luar negeri yang dikutip CNN.

Sebelum penandatanganan perintah eksekutif, Trump sempat menjadi sorotan internasional karena menyindir pertemuan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Beijing pada Rabu (3/9/2025). Pertemuan itu berlangsung dalam parade militer untuk memperingati 80 tahun kemenangan Tiongkok atas Jepang pada Perang Dunia II.

Melalui akun Truth Social pada Selasa (2/9/2025) malam waktu AS, Trump menuding ketiga pemimpin tersebut berkonspirasi melawan Washington. Ia menyertakan pesan sarkastik yang menyebut Xi, Putin, dan Kim sedang merencanakan langkah bersama untuk menantang AS.

“Semoga Presiden Xi dan rakyat Tiongkok merayakan hari besar ini. Sampaikan salam saya pada Putin dan Kim saat kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat,” tulis Trump.

Dalam unggahan yang sama, ia juga mengingatkan sejarah dukungan AS terhadap Tiongkok saat Perang Dunia II. Trump menilai kontribusi besar negaranya dalam membantu Tiongkok melawan penjajah Jepang seharusnya tetap dikenang.

Kebijakan perubahan nama Pentagon ini dipandang sebagai sinyal politik luar negeri Trump yang lebih agresif, sekaligus sebagai respons atas meningkatnya konsolidasi antara Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara. Meski masih menunggu persetujuan Kongres, langkah ini dipastikan akan memperkuat perdebatan mengenai arah kebijakan keamanan nasional AS.

Departemen Perang Donald Trump Kim Jong Un Pentagon Vladimir Putin Xi Jinping
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous Article120 Saksi dan 4 Ahli Jadi Bukti Jerat Nadiem Makarim
Next Article Hotman Paris Singgung Kasus Tom Lembong Saat Bela Nadiem

Informasi lainnya

Menag Dorong Kolaborasi Global Wasathiyah Islam dan Nilai Tionghoa

11 November 2025

Megawati Serukan Dunia Bersatu Dukung Palestina Merdeka

1 November 2025

Timor Leste Resmi Bergabung ke ASEAN pada KTT Kuala Lumpur

26 Oktober 2025

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

15 Oktober 2025

Dubes Palestina Kritik Rencana Damai 20 Poin Trump untuk Gaza

30 September 2025

UK, Kanada, dan Australia Akui Kedaulatan Palestina

22 September 2025
Paling Sering Dibaca

Kunci Hidup Tenang: Belajar Bertanggung Jawab pada Diri Sendiri

Happy Assyifa

10 Situs Legal dan Terpercaya untuk Nonton Film Gratis dengan Kualitas HD

Happy Dexpert Corp

Ijazah Jokowi: Bukan Privasi, Tapi Legitimasi

Editorial Udex Mundzir

Peraturan Penggunaan Media Sosial untuk Anak di Indonesia

Techno Ericka

Wisata Instagramable Jadi Pangsa Pasar Baru

Travel Alfi Salamah
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Universitas Cipasung Tasikmalaya Cetak Guru Inovatif Lewat STEAM

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

APBD Kutim Turun Drastis, Pemkab Upayakan TPP ASN Tetap Aman

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.