IKN – Tugu yang seharusnya menjadi penanda awal sejarah, justru menampilkan kata-kata tanpa makna. Di tengah semangat membangun Ibu Kota Negara (IKN) yang baru, publik dibuat geleng kepala oleh tulisan “Lorem Ipsum Dolor Amet” yang terpampang jelas di Tugu Titik Nol IKN.
Tak butuh waktu lama, foto itu menyebar seperti api di musim kemarau. Twitter, Instagram, dan WhatsApp ramai membahas tulisan nyeleneh itu. Di balik tugu kokoh nan modern, ada kekeliruan mendasar yang membuat banyak orang bertanya-tanya—apa benar IKN siap?
Tulisan “Lorem Ipsum” dikenal luas sebagai teks dummy. Dalam dunia desain, itu hanya pengganti sementara sebelum konten sebenarnya selesai. Tapi ketika digunakan pada tugu monumental yang menjadi simbol kelahiran ibu kota baru, publik tentu tak bisa anggap remeh.
“Sudah ditutup,” ujar Plt Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otorita IKN, Danis Sumadilaga, saat dikonfirmasi pada Sabtu (19/4/2025).
Ia mengakui bahwa tulisan itu memang bagian dari template desain sementara. Saat narasi resmi belum rampung, teks dummy itulah yang tertempel duluan.
“Kata ‘Lorem Ipsum’ adalah teks standar yang digunakan sebagai pengisi narasi sementara. Tidak memiliki arti khusus,” terangnya.
Menurut Danis, narasi sesungguhnya akan menceritakan sejarah, visi, dan semangat lahirnya Ibu Kota Nusantara. Namun karena konten itu masih dalam proses produksi, pihaknya memutuskan menutup papan dengan terpal.
Tapi nasi sudah jadi bubur. Tugu itu telah difoto, diunggah, dan viral.
Beberapa warganet menyayangkan keteledoran tersebut. Tak sedikit yang menyebut ini sebagai simbol ‘proyek terburu-buru’ yang belum matang betul, namun sudah dipamerkan.
“Baru tahap dummy, tapi udah dipajang. Kok ya tega banget? Ini Ibu Kota masa depan, bukan draft skripsi,” tulis akun @duniakita.
Ada juga yang menilai kejadian ini sebagai cerminan dari kesiapan proyek IKN secara umum. Di tengah sorotan besar terhadap anggaran, pembangunan, dan strategi pemindahan, kejadian seperti ini justru makin memperkuat keraguan publik.
“Simbol utama saja masih template. Bagaimana dengan yang lain?” cuit akun @kontemporer.
Bukan pertama kali teks dummy bikin heboh. Sebelumnya, “Lorem Ipsum” juga muncul dalam layar canggih yang dipamerkan Kementerian Pertahanan. Kala itu, publik mempertanyakan kualitas kesiapan teknologi yang dihadirkan.
Dalam konteks komunikasi publik, simbol sangat penting. Apa yang ditampilkan dalam bentuk visual—apalagi di tempat strategis seperti Titik Nol—harusnya sudah melalui tahap kurasi, validasi, dan pengawasan ketat.
“Ini bukan sekadar salah tempel. Ini menunjukkan belum adanya sistem finalisasi yang rapi dalam komunikasi publik. IKN adalah proyek besar, simbolnya harus disiapkan dengan kesadaran penuh,” ujar Anang Rukmana, pakar branding publik dari Universitas Indonesia.
Anang menyebut kejadian ini sebagai bentuk “cacat komunikasi visual”. Menurutnya, setiap elemen yang ditampilkan ke publik, apalagi menyangkut proyek nasional, harus mengandung makna yang kuat dan menggugah.
“Bukan cuma soal estetika. Tapi apa pesan yang ingin disampaikan ke rakyat Indonesia? Teks kosong artinya kosong makna,” tegasnya.
Sementara itu, Otorita IKN mengaku bahwa lonjakan pengunjung ke kawasan inti IKN (KIPP) saat libur Lebaran 2025 ikut berperan dalam cepatnya penyebaran foto tersebut. Dalam satu hari, lebih dari 8.000 orang tercatat berkunjung.
Deputi Bidang Pengendalian Pembangunan, Thomas Umbu Pati, menjelaskan bahwa mereka tengah mengatur ulang sistem parkir dan akses keluar-masuk untuk mengantisipasi lonjakan serupa.
“Kami lakukan simulasi agar pengalaman kunjungan tetap nyaman dan aman,” jelas Thomas.
Lonjakan pengunjung ini menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk melihat langsung pembangunan IKN cukup tinggi. Namun hal ini juga menjadi tantangan, karena semua elemen di lapangan kini berada dalam sorotan publik.
Tak hanya tugu. Jalan, taman, bahkan papan nama—semuanya kini bisa jadi viral.
Publik kini menuntut bukan hanya kecepatan, tapi ketepatan.
Proyek IKN memang digadang sebagai simbol lompatan peradaban baru. Pemerintah berambisi membangun kota hijau, modern, dan inklusif yang merepresentasikan masa depan Indonesia. Tapi insiden seperti tulisan ‘Lorem Ipsum’ di Tugu Titik Nol menjadi pengingat keras: detail kecil bisa menggoyang narasi besar.
Sebagai ibu kota masa depan, IKN seharusnya tidak hanya rapi di atas kertas. Ia harus rapi di setiap sudutnya. Dari perencanaan hingga pelaksanaan.
Dari narasi besar hingga hal-hal kecil seperti tulisan di tugu.
Saat publik memberi perhatian, itu artinya mereka peduli. Namun ketika perhatian itu berubah jadi cibiran, artinya ada kepercayaan yang mulai luntur.
Kini, semua mata kembali tertuju ke Otorita IKN. Bukan sekadar menunggu narasi baru di Tugu Titik Nol, tapi juga menanti bukti bahwa IKN bukan sekadar megaproyek penuh janji.
Bahwa IKN bukan sekadar draft, tapi naskah sejarah yang sungguh-sungguh ingin ditulis untuk masa depan Indonesia.
