Jakarta – Dunia teknologi berada di persimpangan jalan besar. Tiga raksasa digital—Google, Facebook, dan iPhone—yang selama dua dekade terakhir mendominasi kehidupan digital, kini menghadapi ancaman serius dari inovasi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Dalam persidangan antimonopoli di Amerika Serikat, para eksekutif dari Meta, Google, dan Apple mengakui penurunan signifikan dalam penggunaan produk dan layanan andalan mereka.
Eddy Cue, Wakil Presiden Senior Apple, mengungkapkan bahwa jumlah pencarian Google di perangkat Apple kini mulai menurun. Fenomena ini disebabkan pergeseran preferensi pengguna ke chatbot berbasis AI yang lebih cepat dan interaktif.
“Pengguna kini lebih memilih menggunakan AI untuk menjawab pertanyaan daripada mengetik di mesin pencari,” jelas Cue.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, juga menyoroti penurunan aktivitas tradisional di Facebook. Ia mengungkapkan bahwa pengguna kini lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengirim pesan langsung dan menonton video pendek seperti Reels, menggantikan aktivitas menambahkan teman dan membagikan status.
“Orang-orang tidak lagi tertarik pada fitur sosial lama. Mereka lebih menyukai konten instan dan interaksi langsung,” ujar Zuckerberg dalam kesaksiannya.
Data dari Pew Research Center menunjukkan penggunaan Facebook oleh remaja Amerika Serikat turun drastis dari 71 persen pada 2014 menjadi hanya 32 persen pada 2023. Sementara platform lain seperti TikTok dan Instagram terus naik daun.
Di sisi lain, iPhone juga menghadapi tantangan relevansi. Apple kini mulai mengalihkan fokus pada teknologi wearable, terutama kacamata pintar berbasis AI. Perangkat ini dirancang untuk menggantikan smartphone dengan mengandalkan pengenalan suara, lingkungan sekitar, dan interaksi holografis.
Meta, Google, Samsung, hingga Amazon telah berinvestasi dalam pengembangan kacamata pintar dan perangkat wajah berbasis AI. Apple sendiri sudah meluncurkan Vision Pro, perangkat realitas campuran seharga US$3.500 yang menjadi cikal bakal era baru perangkat digital.
Dengan semua perubahan ini, pakar teknologi memprediksi bahwa masa depan digital tak lagi bergantung pada layar ponsel, tetapi pada perangkat yang menyatu dengan tubuh manusia—membuka lembaran baru dalam hubungan manusia dengan teknologi.