Jakarta – Ketidakterlihatan hilal pada Sabtu (29/3/2025) di berbagai belahan dunia Islam mengakibatkan sejumlah negara memutuskan untuk menggenapkan puasa Ramadan menjadi 30 hari. Berdasarkan informasi dari observatorium astronomi dan perhitungan hisab, enam negara secara resmi menetapkan bahwa Idulfitri 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Astronom asal Uni Emirat Arab, Ibrahim Al-Jarwan, menyatakan bahwa posisi bulan saat matahari terbenam pada Sabtu tidak memungkinkan hilal terlihat. Bahkan konjungsi bulan terjadi setelah matahari terbenam, sehingga secara ilmiah tak mungkin ada penampakan hilal.
Karena alasan itu, India mengumumkan bahwa 1 Syawal akan dirayakan pada Senin, setelah mengantisipasi bahwa hilal baru akan tampak pada Minggu malam.
Bangladesh juga menyatakan keputusan serupa, dengan menyatakan Senin sebagai hari raya Idulfitri. Kondisi langit pada Sabtu dianggap tidak mendukung terlihatnya hilal secara kasat mata.
Di Indonesia, hasil sidang isbat Kementerian Agama menyimpulkan bahwa hilal belum memenuhi kriteria visibilitas menurut MABIMS. Laporan rukyat dari 33 titik di Indonesia juga menyatakan hilal tidak terlihat.
Malaysia dan Brunei pun menyatakan penetapan Senin sebagai hari Idulfitri setelah observatorium nasional menyampaikan bahwa hilal tak terlihat pada Sabtu petang.
Australia, melalui Dewan Fatwa Nasionalnya, menetapkan Idulfitri pada Senin berdasarkan informasi astronomi yang menyebut bahwa hilal lahir setelah matahari terbenam. Maka bulan Ramadan harus disempurnakan menjadi 30 hari.
Dengan keputusan ini, enam negara di kawasan Asia dan Australia menyambut Idulfitri secara serempak. Hal ini mencerminkan keharmonisan dalam penggunaan metode ilmiah untuk kepentingan keagamaan, serta pentingnya sinkronisasi antara hisab dan rukyat sebagai dasar penetapan awal bulan hijriah.