Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 14 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Nasaruddin Umar di Puncak Kepuasan Publik

Kepercayaan publik adalah anugerah, tetapi integritas adalah ujian sesungguhnya di balik setiap pencapaian.
Udex MundzirUdex Mundzir6 Februari 2025 Editorial
Nasaruddin Umar Kepuasan Publik dan Integritas 2025
Nasaruddin Umar (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Di tengah sorotan publik terhadap kinerja kabinet Prabowo-Gibran, sebuah nama mencuat sebagai figur dengan tingkat kepuasan tertinggi: Prof. Nasaruddin Umar, Menteri Agama, yang meraih apresiasi publik hingga 92,9% menurut survei nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Januari 2025. Angka ini bukan sekadar statistik; ia mencerminkan respons positif masyarakat terhadap kebijakan dan pendekatan moderasi beragama yang diusungnya.

Namun, di balik prestasi tersebut, muncul catatan menarik terkait komitmen beliau terhadap integritas dan transparansi. Nasaruddin Umar baru-baru ini dikabarkan telah menyerahkan sejumlah hadiah yang diduga berkaitan dengan upaya gratifikasi kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Langkah ini menjadi sorotan, bukan karena indikasi pelanggaran, melainkan karena transparansi yang jarang ditunjukkan secara terbuka oleh pejabat sekelas menteri.

Tindakan ini menciptakan dua narasi sekaligus: di satu sisi, publik melihat Nasaruddin sebagai pemimpin yang berani menjaga akuntabilitas, di sisi lain, muncul pertanyaan tentang sejauh mana praktik pemberian hadiah semacam ini telah menjadi bagian dari budaya birokrasi yang harus diwaspadai.

Apresiasi publik terhadap Nasaruddin Umar memang tidak datang tanpa alasan. Selama menjabat, ia dikenal berhasil menerapkan program “Moderasi Beragama 4.0”, yang menekankan pentingnya toleransi, dialog lintas iman, dan deradikalisasi di berbagai lembaga pendidikan keagamaan. Program ini mendapat respons positif karena mampu meredam potensi konflik sosial yang kerap muncul akibat politisasi isu-isu keagamaan.

Selain itu, Nasaruddin juga dinilai sukses melakukan reformasi dalam pelayanan haji dan umrah, dengan digitalisasi sistem yang mempercepat proses administrasi dan mengurangi potensi pungutan liar. Tidak mengherankan jika tingkat ketidakpuasan publik terhadapnya hanya sebesar 3,8%, jauh di bawah pejabat lainnya.

Namun, sorotan terhadap hadiah yang diserahkan ke KPK menambah dimensi baru dalam menilai kinerjanya. Apakah ini cerminan dari upaya menjaga integritas, atau justru indikasi adanya potensi celah dalam tata kelola kementerian? Yang jelas, langkah proaktif ini menunjukkan bahwa Nasaruddin memahami bahwa transparansi adalah bagian tak terpisahkan dari kepemimpinan yang efektif.

Fenomena ini juga menarik jika dibandingkan dengan menteri-menteri lain dalam kabinet. Misalnya, Abdul Mu’ti (Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah) dan Teddy Indra Wijaya (Sekretaris Kabinet) yang juga memiliki tingkat kepuasan tinggi, namun tidak menghadapi isu serupa. Ini menegaskan bahwa popularitas politik tidak selalu berjalan seiring dengan tantangan etika, dan publik kini lebih kritis dalam mengevaluasi pejabat berdasarkan integritas mereka, bukan sekadar capaian administratif.

Dari perspektif politik, langkah Nasaruddin Umar bisa dilihat sebagai bagian dari upaya menjaga legitimasi moral di tengah meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap institusi pemerintah. KPK, yang selama ini menjadi simbol pemberantasan korupsi, juga diuntungkan dari transparansi semacam ini karena menguatkan citra mereka sebagai lembaga yang tetap relevan di era politik modern.

Namun, tantangan ke depan lebih besar. Apresiasi publik adalah ujian berkelanjutan. Nasaruddin harus mampu menunjukkan bahwa langkah menyerahkan hadiah tersebut bukan hanya strategi citra, melainkan bagian dari komitmen untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Ia juga perlu memastikan bahwa budaya birokrasi di Kementerian Agama bebas dari praktik yang berpotensi melanggar etika, meski sering kali dianggap “sekadar formalitas” dalam hubungan kerja.

Dalam konteks ini, pemerintah perlu mendorong reformasi budaya birokrasi yang lebih menyeluruh. Pemberian hadiah kepada pejabat, meski dianggap wajar dalam beberapa tradisi, harus dikaji ulang dalam kerangka etika tata kelola pemerintahan modern. Regulasi tentang gratifikasi perlu diperketat, dan pendidikan antikorupsi harus menjadi bagian dari pelatihan kepemimpinan di semua tingkatan pemerintahan.

Kesimpulannya, Nasaruddin Umar telah menunjukkan bahwa integritas bukan sekadar retorika. Keberanian untuk transparan, bahkan saat berhadapan dengan isu sensitif, adalah kualitas yang jarang ditemukan di lingkaran birokrasi tingkat tinggi. Namun, langkah ini baru permulaan. Kepuasan publik adalah refleksi dari harapan yang terus berkembang—dan hanya bisa dijaga dengan konsistensi dalam menjaga moralitas dan akuntabilitas.

Integritas Publik Kinerja Menteri KPK dan Gratifikasi Nasaruddin Umar Politik Indonesia
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleKwarnas Pramuka: Sertifikasi Tenaga Pendidik di Luar Pusdiklatnas Tidak Sah
Next Article Politik Sengketa, Demokrasi yang Tercederai

Informasi lainnya

Menguji Gelar Pahlawan Soeharto

13 November 2025

Menag Dorong Kolaborasi Global Wasathiyah Islam dan Nilai Tionghoa

11 November 2025

Insentif MBG: Jangan Alihkan Beban

2 November 2025

Kehadiran Prabowo di Kongres Projo, Akan Menegaskan Dirinya “Termul”

1 November 2025

Sentralisasi Berkedok Nasionalisme

31 Oktober 2025

Siapa Kenyang dari Proyek Makan Bergizi?

27 Oktober 2025
Paling Sering Dibaca

4 Ethos, 4 Jusuf

Gagasan Syamril Al-Bugisyi

Coba Vaksin? Wakil Rakyat Dulu!

Editorial Udex Mundzir

Kisah Inspiratif Pria 39 Tahun Mengabdi di Pabrik Kiswah Ka’bah

Islami Alfi Salamah

Provokator di Balik Api Jalanan

Editorial Udex Mundzir

Anne Avantie, Dari Dua Mesin Jahit ke Panggung Dunia

Biografi Alfi Salamah
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Universitas Cipasung Tasikmalaya Cetak Guru Inovatif Lewat STEAM

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

APBD Kutim Turun Drastis, Pemkab Upayakan TPP ASN Tetap Aman

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.