Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tasikmalaya 2024 menjadi perhatian utama masyarakat 39 kecamatan. Persaingan antara tiga pasangan calon mencerminkan dinamika politik yang menarik di daerah ini.
Ade Sugianto, calon petahana, kembali mencalonkan diri bersama Iip Miftahul Paoz dengan dukungan koalisi besar dari PDIP, PKB, PBB, dan Nasdem. Pasangan ini menghadapi tantangan dari Cecep Nurul Yakin-Asep Sopari Al Ayubi, yang didukung Gerindra, PPP, Demokrat, dan PKS, serta Iwan Saputra-Dede Muksit Aly, pasangan yang diusung oleh Golkar dan PAN.
Meskipun Ade-Iip memimpin dalam beberapa survei, legitimasi kemenangan mereka akan menjadi isu utama yang dipertanyakan.
Hasil survei terbaru menunjukkan perbedaan yang signifikan. Survei Polmark Indonesia yang dilakukan pada 5-17 November 2024 menunjukkan pasangan Ade-Iip unggul dengan elektabilitas 49,5 persen, sementara Cecep-Asep berada di posisi kedua dengan 28,1 persen, dan Iwan-Dede hanya meraih 8,5 persen.
Namun, survei Jaringan Survei Independen (JSI) yang dilakukan pada 30 Oktober hingga 12 November 2024 menunjukkan hasil yang berlawanan. Dalam survei ini, Cecep-Asep memimpin dengan 51,6 persen, disusul Ade-Iip dengan 27,4 persen, dan Iwan-Dede dengan 14,4 persen.
Selain itu, keberadaan swing voters atau pemilih mengambang menjadi elemen penting, dengan Polmark mencatat jumlahnya sebesar 13,9 persen dan JSI 6,6 persen. Data ini menunjukkan bahwa preferensi politik masyarakat Tasikmalaya masih cair, sehingga hasil akhir Pilkada sulit diprediksi.
Ade Sugianto sebagai calon petahana memiliki keunggulan berupa rekam jejak selama menjabat. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahannya cukup tinggi, mencapai 82,9 persen menurut survei Poltracking Indonesia pada April 2024. Program-program seperti pembangunan infrastruktur pedesaan, distribusi bantuan sosial, dan peningkatan layanan kesehatan telah memperkuat posisi politik pasangan ini, terutama di wilayah pedesaan yang menjadi basis suara terbesar di Kabupaten Tasikmalaya.
Namun, kritik terhadap petahana tidak sedikit. Masalah seperti infrastruktur yang belum merata, pelayanan publik yang lambat, dan pengelolaan anggaran yang dianggap kurang transparan sering kali menjadi sorotan.
Kemenangan pasangan Ade-Iip, jika terjadi, tidak hanya akan dilihat sebagai hasil dari strategi kampanye yang efektif, tetapi juga kemampuan mereka memanfaatkan sumber daya pemerintah untuk mendukung program-program populis menjelang Pilkada.
Beberapa pihak menilai bahwa pendekatan ini mengaburkan batas antara kewenangan administratif dan aktivitas politik. Oleh karena itu, pertanyaan besar yang harus dijawab adalah sejauh mana kemenangan ini mencerminkan kepercayaan tulus masyarakat terhadap visi dan kinerja petahana.
Di sisi lain, pasangan Cecep Nurul Yakin dan Asep Sopari Al Ayubi memosisikan diri sebagai oposisi kuat yang menawarkan perubahan. Dukungan mereka terlihat lebih besar di kalangan masyarakat urban dan kelas menengah yang kritis terhadap kinerja pemerintah daerah. Program unggulan mereka mencakup transparansi anggaran, pemberdayaan ekonomi lokal, dan percepatan pembangunan infrastruktur.
Survei JSI menunjukkan keunggulan pasangan ini dengan elektabilitas 51,6 persen, sebuah angka yang mencerminkan tingginya dukungan dari kelompok pemilih yang menginginkan alternatif dari petahana. Namun, pasangan ini menghadapi tantangan untuk memperluas basis dukungan mereka di wilayah pedesaan yang menjadi medan kekuatan utama pasangan Ade-Iip.
Pasangan Iwan Saputra dan Dede Muksit Aly, meskipun elektabilitasnya rendah dalam kedua survei, menghadirkan diri sebagai opsi moderat. Fokus kampanye mereka pada isu-isu ekonomi dan pendidikan bertujuan menarik perhatian pemilih pragmatis yang mencari solusi konkret untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, lemahnya penetrasi kampanye pasangan ini di tengah dominasi dua pasangan lainnya membuat mereka sulit menciptakan gebrakan politik yang signifikan.
Di tengah persaingan ini, swing voters menjadi faktor yang sangat menentukan. Dengan jumlah pemilih mengambang yang cukup besar, strategi kampanye di hari-hari terakhir, termasuk debat publik dan pendekatan langsung kepada masyarakat, akan menjadi kunci untuk memenangkan hati kelompok ini.
Selain itu, rendahnya partisipasi politik di kalangan generasi muda menjadi tantangan tersendiri. Sebagai kelompok yang memiliki potensi besar untuk menentukan hasil Pilkada, apatisme politik di kalangan pemuda dapat memengaruhi tingkat partisipasi keseluruhan.
Pilkada Kabupaten Tasikmalaya 2024 juga menjadi ujian bagi demokrasi lokal. Pasangan yang menang tidak hanya harus meraih suara terbanyak, tetapi juga membangun legitimasi politik yang didasarkan pada kepercayaan masyarakat.
Jika pasangan Ade-Iip menang, mereka harus menunjukkan komitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerataan pembangunan, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Kegagalan untuk memenuhi harapan ini dapat memicu resistensi dari kelompok oposisi dan masyarakat kritis, yang berpotensi mengancam stabilitas politik di masa depan.
Di sisi lain, jika pasangan oposisi seperti Cecep-Asep atau Iwan-Dede memenangkan Pilkada, tantangan mereka akan terletak pada kemampuan untuk merealisasikan program-program perubahan yang dijanjikan dalam kampanye. Mereka juga perlu menjangkau kelompok masyarakat yang sebelumnya mendukung petahana untuk membangun pemerintahan yang inklusif.
Pilkada Tasikmalaya kali ini bukan hanya tentang siapa yang akan menjadi pemimpin daerah, tetapi juga tentang bagaimana legitimasi demokrasi lokal dijalankan. Keputusan masyarakat pada hari pencoblosan akan menjadi cerminan aspirasi kolektif yang harus dihormati oleh semua pihak.
Bagi pasangan terpilih, tantangan sebenarnya dimulai setelah Pilkada selesai, yaitu bagaimana memenuhi harapan rakyat dan membangun pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan responsif.
Hanya dengan membuktikan komitmen untuk mewujudkan janji-janji politiknya, pasangan terpilih dapat menjaga legitimasi kemenangan mereka. Pada akhirnya, keberhasilan demokrasi lokal tidak hanya diukur dari proses pemilu yang adil, tetapi juga dari seberapa baik para pemimpin terpilih mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.