Jakarta – Ambisi besar mengejar pertumbuhan ekonomi 8% dalam lima tahun menjadi tantangan bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Di tengah merosotnya daya beli masyarakat, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendesak agar pemerintah lebih fokus pada penguatan daya beli masyarakat sebagai langkah utama.
Ekonom Indef, Eko Listiyanto, menyatakan pentingnya kebijakan untuk meningkatkan daya beli dalam 100 hari pertama pemerintahan. Menurut Eko, tanpa kebijakan yang signifikan, target pertumbuhan ekonomi 8% akan sulit tercapai.
“Kalau dalam 100 hari pertama pemerintahan Pak Prabowo ini tidak bisa membangkitkan daya beli, kita harus melupakan pertumbuhan ekonomi 8%,” tegas Eko dalam diskusi publik Indef pada Senin (18/11/2024).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa konsumsi rumah tangga, yang merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), hanya tumbuh 4,93% pada kuartal III 2024, sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,95%. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat ini menjadi sinyal penting bagi pemerintah untuk segera bertindak.
“Konsumsi rumah tangga ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2024. Jadi ini benar-benar alarm sebetulnya,” ungkap Eko.
Ia menambahkan bahwa konsumsi masyarakat adalah komponen utama yang menopang perekonomian nasional.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, turut menyoroti peran konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 53,08% terhadap PDB pada kuartal III 2024. Namun, pertumbuhannya melambat menjadi 4,91%, dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu yang mencapai 5,05%.
“Kendati masih menunjukkan tingkat konsumsi yang terjaga, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga cenderung lebih rendah,” jelas Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Pihaknya juga menyebut bahwa kelompok konsumsi yang mengalami perlambatan berasal dari pengeluaran pada sektor pakaian, alas kaki, jasa perawatan, perumahan, kelengkapan rumah tangga, kesehatan, dan pendidikan.
Untuk mencapai target pertumbuhan 8%, pemerintah dihadapkan pada tantangan untuk membangkitkan sektor konsumsi dalam negeri. Konsumsi masyarakat yang melambat ini dinilai sebagai sinyal bagi pemerintah untuk segera memperkuat kebijakan ekonomi yang berorientasi pada peningkatan daya beli.
“Kita harus bisa memanfaatkan 100 hari pertama ini untuk memperkuat daya beli, kalau tidak, susah untuk bisa optimis dengan ambisi pertumbuhan ekonomi 8%,” ujar Eko.
Menurut Eko, stagnasi pada angka pertumbuhan ekonomi sekitar 5% perlu segera diatasi dengan kebijakan yang berdampak nyata pada daya beli masyarakat.