Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya tembus Rp17.000 per dolar pada Kamis (3/4/2025). Pelemahan rupiah yang tajam ini terjadi usai libur Lebaran dan dipicu oleh keputusan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan kebijakan tarif impor resiprokal tinggi pada 2 April 2025.
Kebijakan itu menetapkan tarif masuk antara 10 hingga 39 persen untuk berbagai produk luar negeri, termasuk dari Indonesia. Produk asal Indonesia dikenakan tarif 32 persen, yang diprediksi akan memicu gejolak lebih luas.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyebut bahwa kebijakan tarif tersebut turut meningkatkan harga emas dunia dan memunculkan ketegangan baru secara geopolitik.
“Pembukaan pasar minggu ini berada di level Rp16.900, dan sangat mungkin menembus Rp17.000 per dolar AS. Ini harus diwaspadai,” ujar Ibrahim di Jakarta, Kamis (3/4/2025).
Ia juga menambahkan bahwa konflik global, seperti ketegangan Timur Tengah, ancaman AS ke Iran, dan potensi perang Rusia-Ukraina memperburuk sentimen pasar yang sudah negatif.
Tak hanya rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun terkena dampak. Ibrahim memperkirakan IHSG bisa kembali longsor 2-3 persen pada awal pekan depan akibat tekanan pasar global yang kuat.
“Karena dampak dari perang dagang ini cukup luar biasa, apalagi Indonesia sudah masuk dalam target tarif tinggi dari AS,” ungkapnya.
Untuk menghadapi tekanan ini, Ibrahim mendorong pemerintah agar segera melakukan langkah strategis. Beberapa di antaranya adalah menerapkan tarif balasan 32 persen untuk produk AS, mencari pasar ekspor baru lewat jaringan BRICS, serta memberikan stimulus untuk industri terdampak.
Ia juga menekankan pentingnya intervensi aktif dari Bank Indonesia di pasar valuta asing dan obligasi demi menstabilkan nilai tukar rupiah.
“Amerika memulai perang dagang, Indonesia harus siap melakukan perlawanan secara ekonomis,” tegas Ibrahim.