Yogyakarta – Suasana pertemuan antara sejumlah alumni dengan pimpinan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (15/4/2025) memanas, menyusul permintaan para alumni untuk melihat dokumen akademik Presiden Joko Widodo. Namun, kampus tidak menunjukkan bukti-bukti yang sebelumnya diklaim telah dimiliki, termasuk skripsi dan dokumen pendukung lainnya.
Salah satu alumni, Roy Suryo, menyampaikan bahwa skripsi yang ditunjukkan kampus tampak janggal karena tidak mencantumkan tanggal pengesahan maupun tanda tangan dosen penguji.
“Skripsi Jokowi tidak ada tanggal pengesahan. Tidak ada nama-nama dan tanda tangan dosen penguji,” ungkap Roy seusai pertemuan.
Ia menambahkan, jurusan Teknologi Kayu yang disebut-sebut oleh Jokowi juga tidak tercatat sebagai jurusan di UGM.
“Tidak ada nama Pak Kasmujo sebagai dosen pembimbing. Jurusan Teknologi Kayu yang pernah dikatakan Jokowi, tidak ada di UGM,” jelasnya dalam pernyataan yang diunggah di kanal YouTube Langkah Anies.
Alumni lainnya, dr Tifa, juga mengungkapkan kekecewaannya karena mereka hanya diberi jatah lima kursi dalam forum tersebut, padahal mengaku mewakili suara rakyat.
“Kami ini mewakili 287 juta rakyat, kita hanya diberi kuota 5 kursi,” katanya.
Menurutnya, pihak UGM seharusnya menunjukkan 36 dokumen akademik sebagaimana yang pernah diklaim untuk membuktikan keabsahan status Jokowi sebagai lulusan UGM.
“Kami tidak diberikan satu pun dari 36 dokumen, yang memperkuat Jokowi lulusan dari UGM,” tegasnya.
Ia juga menilai pihak UGM tidak terbuka sesuai dengan prinsip Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik.
“UGM jangan menjadi bemper seseorang, jangan jadi pelindung, UGM tidak boleh menutup-nutupi, UGM harus bersama dengan kami,” imbuhnya.
Para alumni mengaku kecewa dan memilih walk out dari pertemuan karena merasa tidak mendapatkan kejelasan akademik sebagaimana harapan mereka. Dalam forum itu, beberapa alumni tahun 1980 juga membawa skripsi mereka sendiri sebagai pembanding.
“Dengan mata kepala, kami jelas melihat, banyak beberapa keanehan. Ada mahasiswa lulusan 1980, ada nama dosen penguji. Di skripsi Jokowi, tidak ada dosen penguji,” pungkas dr Tifa.