Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Mei 2025, menandai keberlanjutan tren positif selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus pada bulan tersebut tercatat sebesar USD 4,30 miliar atau sekitar Rp68,8 triliun, berkat kontribusi signifikan dari sektor nonmigas.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa ekspor nonmigas menyumbang surplus terbesar sebesar USD 5,83 miliar. Komoditas utama yang mendorong surplus adalah lemak dan minyak hewani/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
“Surplus neraca nonmigas mampu mengimbangi defisit dari sektor migas yang mencapai USD 1,53 miliar,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Secara kumulatif, pada periode Januari hingga Mei 2025, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD 15,38 miliar. Angka ini diperoleh dari surplus nonmigas sebesar USD 23,10 miliar yang menutupi defisit migas sebesar USD 7,72 miliar.
Dari sisi ekspor, total nilai ekspor Indonesia selama lima bulan pertama 2025 mencapai USD 111,98 miliar, meningkat 6,98 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang naik 8,22 persen menjadi USD 106,06 miliar, meskipun ekspor migas mengalami penurunan sebesar 11,26 persen.
Pudji mengungkapkan bahwa sektor industri pengolahan menyumbang pertumbuhan signifikan dalam ekspor nonmigas, terutama dari komoditas seperti minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, semikonduktor, dan lemak serta minyak kakao.
Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Tiongkok mencatatkan nilai tertinggi sebesar USD 24,25 miliar, tumbuh 8,38 persen dibanding tahun sebelumnya. Ekspor juga mengalami kenaikan ke pasar Amerika Serikat, ASEAN, dan Uni Eropa, meskipun mengalami penurunan ke India.
Pada bulan Mei 2025 saja, ekspor Indonesia mencapai USD 24,61 miliar, tumbuh 9,68 persen dibandingkan Mei 2024. Kenaikan ini sebagian besar ditopang oleh pertumbuhan ekspor nonmigas sebesar 11,80 persen menjadi USD 23,50 miliar. Sebaliknya, ekspor migas turun signifikan sebesar 21,71 persen menjadi USD 1,11 miliar.
Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terbesar dengan Amerika Serikat sebesar USD 7,08 miliar, diikuti India USD 5,30 miliar, dan Filipina USD 3,69 miliar. Sementara defisit terbesar tercatat dengan Tiongkok (USD 8,15 miliar), Singapura (USD 2,79 miliar), dan Australia (USD 2,11 miliar).