Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa proses transisi ekonomi Indonesia tidak bisa berjalan optimal akibat dampak perlambatan ekonomi global.
Dalam pertemuan dengan UK Special Representative for Climate, Rachel Kyte, ia menyebut bahwa kondisi ketidakpastian dunia saat ini sangat mempengaruhi kelangsungan investasi dalam sektor transisi energi.
“Kami bicara soal climate action, utamanya transisi energi, yang semakin kompleks diimplementasikan di tengah dinamika global saat ini,” ujar Sri Mulyani dalam unggahan Instagram-nya, Selasa (13/5/2025).
Ia mengungkapkan bahwa gangguan rantai pasok global, tekanan geopolitik, serta ketegangan perdagangan internasional membuat banyak negara kehilangan momentum dalam mendorong energi hijau. Hal ini berpotensi memperpanjang penggunaan energi fosil, terutama batu bara, yang pada akhirnya menghambat upaya mitigasi perubahan iklim.
“Jika negara kehilangan investasi terhadap green energy karena kondisi ekonomi yang lemah, artinya proses transisi energi juga akan melambat dan penggunaan energi tak terbarukan seperti batu bara akan semakin panjang,” jelasnya.
Sri Mulyani menekankan bahwa hambatan transisi ini merupakan isu substansial yang tidak bisa dibiarkan. Ia menilai perlu adanya langkah kolektif dan percepatan kebijakan, termasuk dari negara-negara mitra pembangunan, untuk menjawab tantangan tersebut secara konkret.
Ia juga menyebut pentingnya kolaborasi internasional seperti yang dilakukan bersama perwakilan Inggris melalui @ukinindonesia dalam memperkuat fondasi kebijakan transisi ekonomi berbasis keberlanjutan.
Senada dengan hal itu, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelumnya dalam forum The Yudhoyono Institute Lecture Series di Yogyakarta menyampaikan keprihatinannya terhadap kompleksitas krisis global. Ia menilai dunia tengah berada di titik kritis yang memerlukan kerja sama lintas negara untuk menjawab tantangan masa depan.
“Geopolitik memanas, peperangan berlanjut, dan krisis lingkungan nyata di depan mata. Dunia tidak boleh lengah. Kita butuh aksi nyata yang dilakukan bersama, tidak bisa sendiri-sendiri,” ujar SBY.
Baik Sri Mulyani maupun SBY sepakat bahwa krisis iklim dan transisi energi membutuhkan strategi bersama yang berkelanjutan agar tidak tergerus oleh dinamika ekonomi dan politik jangka pendek.
