Jakarta – Gelombang aksi peduli Palestina kembali menggema. Massa aksi menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, pada Jumat (25/10/2024). Aksi ini memprotes serangan Israel ke Jabalia, Gaza Utara, sekaligus mendesak pemerintah Amerika Serikat menghentikan dukungannya terhadap Israel. Selain itu, seruan boikot terhadap produk-produk terafiliasi dengan Israel turut digaungkan.
Boikot ini tak hanya terdengar di Indonesia. Secara global, merek seperti McDonald’s, Pizza Hut, KFC, dan Starbucks mendapat tekanan signifikan akibat isu tersebut. Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, menilai fenomena ini berkembang luas.
“Isu boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi mendukung Israel memang sangat masif. Di Indonesia, masyarakat sudah gencar melakukannya,” ujar Andry, Sabtu (23/11/2024).
Menurut Andry, daya beli masyarakat yang menurun turut memperkuat aksi boikot. Kondisi ekonomi membuat konsumen beralih ke produk lokal yang lebih terjangkau. Alternatif produk lokal memberikan peluang besar untuk menggantikan merek-merek internasional yang diboikot.
“Produk substitusi lokal ini biasanya lebih murah, sehingga masyarakat lebih memilihnya,” ungkap Andry.
Fenomena boikot juga menjadi pukulan besar bagi perusahaan multinasional yang terafiliasi dengan Israel. Andry menyebutkan bahwa efek boikot dirasakan di banyak negara lain.
“Ini bukan hanya isu lokal. Secara global, aksi ini benar-benar memberikan dampak signifikan,” kata dia.
Massa aksi di Jakarta menyerukan masyarakat untuk terus mendukung Palestina melalui aksi nyata, termasuk memboikot produk-produk yang terkait Israel. Kampanye ini mencerminkan solidaritas serta keinginan untuk mendukung perdamaian di Timur Tengah.
