Jakarta – Pergantian kursi Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa memunculkan gejolak di pasar keuangan. Sejak pelantikan Purbaya pada Senin (8/9/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan signifikan.
Hingga perdagangan Selasa (9/9/2025) pukul 15.03 WIB, IHSG terkoreksi 1,80 persen ke level 7.627,18, memperdalam penurunan dari sehari sebelumnya. Rupiah juga melemah tajam hingga menembus Rp16.500 per dolar AS, melemah 194 poin atau sekitar 1,19 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Kondisi ini kontras dengan pergerakan mata uang di kawasan Asia. Bloomberg mencatat, dolar AS justru melemah terhadap sejumlah mata uang regional seperti won Korea Selatan, ringgit Malaysia, baht Thailand, yen Jepang, hingga dolar Taiwan. Artinya, rupiah menjadi salah satu mata uang paling terpukul di kawasan.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai pelemahan rupiah lebih dipicu faktor domestik ketimbang global. Menurutnya, pasar merespons negatif perpisahan Sri Mulyani dengan Kementerian Keuangan.
“Rupiah diperkirakan akan terus melemah terhadap dolar AS. Salah satu pemicunya adalah sentimen negatif atas kepergian Sri Mulyani. Investor menilai kepergiannya membawa ketidakpastian,” kata Lukman.
Padahal, secara global indeks dolar AS sedang dalam tren tertekan akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed). Dengan kondisi itu, rupiah seharusnya punya peluang menguat, namun yang terjadi justru sebaliknya.
Bagi pelaku pasar, sosok Sri Mulyani selama ini dipandang sebagai figur kredibel dalam menjaga kebijakan fiskal Indonesia. Pergantiannya dengan Purbaya Yudhi Sadewa masih menimbulkan pertanyaan, meski yang bersangkutan berjanji mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dalam tiga tahun mendatang.
Pelemahan IHSG dan rupiah ini menjadi sinyal awal tantangan bagi Menkeu baru. Pemerintah dituntut memberikan kepastian arah kebijakan agar kepercayaan investor kembali pulih dan stabilitas pasar dapat terjaga.