Samarinda – Debat perdana Pilgub Kaltim 2024 yang digelar pada Rabu malam (23/10/2024), di Planetary Hall Sempaja, berlangsung dengan pernyataan kontroversial dari pasangan petahana Isran Noor dan Hadi Mulyadi.
Paslon nomor urut 1 ini mengklaim bahwa di bawah pemerintahan mereka, kebudayaan di Kalimantan Timur terbukti lebih unggul dibanding daerah lain. Sementara itu, pasangan Rudy Mas’ud dan Seno Aji menawarkan program Jospol sebagai solusi pelestarian budaya di tengah dampak pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
Hadi Mulyadi menyampaikan bahwa kondisi budaya dan kerukunan di Kalimantan Timur selama ini sangat terjaga. “Kami bangga, Kalimantan Timur dua kali mendapatkan Harmonic Award dari Kementerian Agama karena mampu menjaga kerukunan antarumat beragama,” tegas Hadi.
Hadi juga mengklaim bahwa provinsi ini lebih aman dan harmonis dibandingkan provinsi lain di Kalimantan, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan yang pernah mengalami konflik sosial.
Tak hanya itu, Hadi juga menyebut Indeks Pembangunan Kebudayaan Kalimantan Timur pada tahun 2023 berada di angka 57,56, lebih tinggi dari indeks nasional yang hanya 57,13.
“Ini bukti bahwa Kalimantan Timur tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga menjaga dan memajukan kebudayaan lokal,” ujarnya, menambahkan bahwa acara-acara budaya seperti Erau dan Birau rutin didukung pemerintah provinsi untuk memastikan kelestarian budaya lokal.
Menanggapi klaim tersebut, Seno Aji dari pasangan nomor urut 2 menyoroti pentingnya langkah konkret untuk menghadapi perubahan besar yang akan terjadi dengan kehadiran IKN. Seno memperkenalkan program Jospol yang di dalamnya memuat agenda pengembangan dan pelestarian budaya lokal.
“Melalui Jospol, kami akan membangun taman-taman budaya di seluruh kabupaten/kota, memberikan ruang bagi para pelaku seni dan budaya untuk menampilkan atraksi mereka,” jelas Seno.
Budaya Kutai, Banjar, Jawa, dan Sulawesi akan diakomodasi dalam program ini, untuk memastikan keberagaman budaya tetap hidup dan diwariskan kepada generasi muda.
Menurut Seno, keberadaan IKN berpotensi mengancam kelestarian budaya lokal jika tidak dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, program Jospol dirancang untuk menguatkan identitas budaya lokal di tengah derasnya arus modernisasi dan urbanisasi yang akan dibawa oleh pembangunan IKN.
Kedua pasangan calon menunjukkan pandangan berbeda dalam menjaga budaya di tengah perubahan sosial akibat pembangunan besar-besaran IKN. Isran-Hadi menekankan keberhasilan mereka dalam memelihara harmoni sosial dan budaya, sementara Rudy-Seno menawarkan program terobosan yang lebih proaktif untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Debat Pilgub Kaltim ini mengundang perhatian luas. Masyarakat diharap menantikan siapa yang akan mampu merealisasikan janji-janji mereka dalam menjaga kebudayaan dan kesejahteraan masyarakat Kalimantan Timur di tengah dinamika pembangunan IKN.
