Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 14 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Koperasi Desa: Membangun atau Menguras?

Ketika kebijakan ekonomi dijalankan tanpa transparansi, peluang pemberdayaan rakyat bisa berubah menjadi lahan korupsi baru.
AssyifaAssyifa4 Maret 2025 Editorial
Risiko Korupsi dalam Koperasi Desa
Prabowo mendirikan Koperasi Desa Merah Putih dengan pendanaan berasal dari Dana Desa (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Pemerintah kembali meluncurkan program besar. Kali ini, Presiden Prabowo Subianto menggagas Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) yang akan dibentuk di 70.000 desa. Dana untuk program ini diambil dari alokasi dana desa, dengan setiap desa mendapatkan Rp 3-5 miliar dalam lima tahun. Pemerintah mengklaim koperasi ini akan menjadi pusat ekonomi desa dan memutus rantai distribusi yang merugikan produsen dan konsumen.

Namun, pertanyaan mendasar muncul: Apakah ini benar-benar untuk kesejahteraan rakyat, atau justru membuka peluang bagi praktik korupsi terselubung?

Konsep koperasi sebagai wadah ekonomi masyarakat memang menarik. Tetapi sejarah menunjukkan bahwa tidak semua koperasi dikelola dengan baik. Banyak koperasi akhirnya hanya menguntungkan segelintir orang, dengan pengelolaan keuangan yang tidak transparan. Jika koperasi ini mendapatkan kucuran dana besar tanpa mekanisme kontrol yang jelas, risiko kebocoran anggaran sangat tinggi.

Selain itu, keterlibatan Danantara—holding BUMN baru yang dibentuk untuk mengelola aset nasional—juga patut dicermati. Apakah koperasi ini akan mendapat suntikan dana dari Danantara? Jika iya, maka ada potensi besar tumpang tindih kebijakan antara koperasi rakyat dan bisnis BUMN. Ini bisa menciptakan persaingan yang tidak sehat dan mengaburkan tujuan awal koperasi, yang seharusnya berbasis pada pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.

Dari sisi implementasi, program ini menghadapi tantangan besar dalam hal efektivitas. Jika koperasi ini benar-benar menjadi pusat ekonomi desa, maka siapa yang akan mengelolanya? Apakah ada jaminan bahwa pengurus koperasi dipilih secara demokratis dan bukan hanya orang-orang titipan? Salah kelola dapat membuat koperasi ini menjadi alat politik atau bisnis elite tertentu.

Tanpa mekanisme pengawasan yang kuat, Kopdes Merah Putih berisiko menjadi lahan korupsi baru, dengan modus mengalihkan dana desa ke proyek-proyek yang dikendalikan oleh pejabat dan kroninya. Dalam banyak kasus, dana desa sering kali bocor dalam bentuk proyek fiktif, mark-up anggaran, dan pembagian keuntungan yang tidak adil.

Jika pemerintah benar-benar ingin program ini berhasil, maka transparansi total dalam pengelolaan dana menjadi keharusan. Semua pemasukan dan pengeluaran harus terbuka untuk publik, dengan audit berkala oleh lembaga independen. Partisipasi aktif masyarakat desa juga harus diperkuat agar pengurus koperasi dipilih secara demokratis, bukan ditunjuk oleh pemerintah atau elite lokal.

Jaminan bahwa koperasi ini benar-benar untuk rakyat juga menjadi hal krusial. Jika ada intervensi dari Danantara atau BUMN lainnya, harus dipastikan bahwa keuntungan tetap kembali ke masyarakat desa, bukan ke kantong investor atau pejabat.

Koperasi desa bisa menjadi solusi atau justru masalah baru. Jika pengelolaannya tidak transparan dan akuntabel, maka Kopdes Merah Putih bisa berubah dari program pemberdayaan menjadi alat eksploitasi ekonomi desa.

Dana Desa Danantara Ekonomi Desa Koperasi Desa Prabowo Subianto
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleDPR Soroti Kepailitan Sritex: Tragedi Nasional
Next Article Run Street Ramadhan Kukar Dorong Gaya Hidup Positif Pemuda

Informasi lainnya

Menguji Gelar Pahlawan Soeharto

13 November 2025

Dato Sri Tahir: Purbaya Sosok Tepat Atasi Tantangan Ekonomi Nasional

11 November 2025

Insentif MBG: Jangan Alihkan Beban

2 November 2025

Kehadiran Prabowo di Kongres Projo, Akan Menegaskan Dirinya “Termul”

1 November 2025

Sentralisasi Berkedok Nasionalisme

31 Oktober 2025

Siapa Kenyang dari Proyek Makan Bergizi?

27 Oktober 2025
Paling Sering Dibaca

Kenali Calon Istrimu dengan 3 Cara Ini: Panduan Islami untuk Memilih Pasangan

Opini Udex Mundzir

Raqsat al-Batriq, Tarian Pinguin yang Bikin Pesta Makin Meriah

Happy Ericka

Kontroversi Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Antikritik dan Kemewahan Helikopter

Argumen Udex Mundzir

Menjaga Lisan

Islami Syamril Al-Bugisyi

Pengalaman Naik Bus Umum Samarinda-Balikpapan: Tiket Murah, Musik Dangdut, dan Jalanan Bergelombang

Travel Udex Mundzir
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Universitas Cipasung Tasikmalaya Cetak Guru Inovatif Lewat STEAM

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

APBD Kutim Turun Drastis, Pemkab Upayakan TPP ASN Tetap Aman

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.