Tasikmalaya – Bagi sebagian besar pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di pedesaan, memproduksi barang bukanlah hal sulit. Namun, berdiri di depan kamera ponsel dan berjualan secara langsung (live shopping) adalah tantangan yang kerap membuat nyali ciut.
Gap teknologi alias “gaptek” menjadi tembok besar yang menghalangi banyak usaha rumahan untuk berkembang. Realitas inilah yang coba didobrak oleh Debby Dafilah, Ketua Forum Komunikasi UMKM Cisayong (FOKUS).
Debby, yang juga pemilik jenama Ranazam, tidak hanya sibuk mengurus bisnis pribadinya. Ia memilih turun tangan menjadi mentor bagi ibu-ibu dan pelaku usaha di Cisayong agar tidak tertinggal oleh zaman yang serba digital.
“Kami merasa bahwa banyak dari kami yang harus mengerjakan semuanya sendiri, dari produksi hingga pemasaran. Ini memang tantangan besar,” ungkap Debby saat ditemui di Cisayong, Tasikmalaya.
Dari Dapur ke Layar Ponsel
Menurut Debby, kendala utama yang dihadapi anggotanya bukan hanya soal modal, melainkan kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi. Banyak anggota FOKUS yang awalnya merasa asing dengan fitur-fitur di marketplace atau media sosial.
Namun, dengan kesabaran dan semangat kolaborasi, Debby perlahan mengubah ketakutan tersebut menjadi peluang. Melalui FOKUS, ia mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh Politeknik Triguna Tasikmalaya.
Salah satu dampaknya terlihat pasca acara pelatihan bertajuk “UMKM Naik Kelas Lewat Live Commerce” yang oleh Politeknik Triguna Tasikmalaya. Dalam pelatihan tersebut, para pelaku usaha diajarkan strategi jualan efektif menggunakan “Keranjang Kuning” di TikTok Live dan Shopee Live.
“Alhamdulillah, berkat bimbingan dosen-dosen yang mendampingi, anggota FOKUS kini lebih melek teknologi. Mereka mulai siap mengembangkan usaha melalui platform digital,” tutur Debby.
Antusiasme ini terbukti nyata. Pasca pelatihan, lima pelaku usaha baru langsung bergabung dengan FOKUS, sementara sepuluh lainnya menyatakan minat serius untuk ikut serta dalam gelombang digitalisasi ini.
Pondasi Legalitas Tetap Utama
Meski gencar mendorong digitalisasi, Debby tidak melupakan pondasi utama bisnis: legalitas. Ia menyadari bahwa viral saja tidak cukup; usaha harus aman dan diakui negara.
Ia tak henti-hentinya “mencereweti” anggotanya untuk mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), sertifikasi Halal, hingga Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
“Sinergi ini perlu terus didorong agar UMKM lokal bisa semakin pintar. Kami ingin membantu UMKM di Cisayong supaya mereka bisa naik kelas,” tegasnya.
Kerja keras Debby dan komunitas FOKUS mulai membuahkan hasil manis. Produk-produk UMKM Cisayong kini tidak hanya beredar di pasar online, tetapi juga mulai melirik pasar ritel modern. Debby menyebutkan bahwa toko ritel seperti Indomaret, Lotte, AP, Tasco, dan Yomart telah membuka pintu peluang bagi produk lokal mereka.
Di tangan Debby Dafilah, UMKM Cisayong kini tak lagi sekadar bertahan, tetapi berani tampil dan bersaing di panggung yang lebih luas.
