Jakarta – Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan keresahannya karena banyak anak belum menerima manfaat dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyampaikan hal ini usai bertemu Prabowo di Istana Kepresidenan, Jumat (17/1/2025).
“Pak Presiden gelisah karena banyak anak yang belum mendapatkan MBG. Itu artinya beliau sedang memikirkan untuk mempercepat proses ini, sehingga di akhir 2025 target 82,9 juta penerima bisa segera mendapatkan manfaat,” kata Dadan.
Menurut Dadan, meskipun anggaran sebesar Rp71 triliun telah disiapkan, dana tersebut hanya mampu menjangkau 15 hingga 17,5 juta penerima. Target 82,9 juta penerima sebenarnya merupakan sasaran jangka panjang yang diharapkan tercapai pada 2029.
Dadan menambahkan, pencapaian target tersebut sangat bergantung pada anggaran tambahan sebesar Rp100 triliun yang diharapkan bisa direalisasikan pada September 2025.
“Ketika presiden punya keinginan untuk menggapai seluruh penerima manfaat, otomatis anggaran akan bertambah. Menteri Keuangan kelihatannya menyampaikan semua sangat tergantung kepada presiden,” ujar Dadan.
Program MBG, yang dimulai pada 6 Januari 2025, memprioritaskan ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, serta anak sekolah dari jenjang PAUD hingga SMA, baik di sekolah umum maupun keagamaan.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan, pemerintah daerah dapat berkontribusi melalui pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Ia menyebutkan, pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebesar Rp5 triliun.
“September nanti setelah pelantikan kepala daerah ada perubahan dan pergeseran APBD,” ujar Tito.
Tito mencontohkan Kabupaten Badung, Bali, yang memiliki APBD dominan dari pendapatan asli daerah (PAD), bisa membiayai makan gratis untuk 72 ribu siswa SD. Namun, daerah dengan PAD rendah di Indonesia Timur mungkin hanya mampu mendanai 500 anak. Sisanya akan ditangani oleh BGN.
“Pemerintah daerah bisa berkontribusi sesuai kemampuan masing-masing, sehingga program ini dapat berjalan secara merata,” tambah Tito.
