Jakarta – Bank Indonesia (BI) memperkirakan tekanan inflasi akan meningkat signifikan pada Januari 2025. Proyeksi ini terungkap dalam Laporan Survei Penjualan Eceran Oktober 2024, yang dirilis pada Selasa (10/12/2024). Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Januari 2025 tercatat di angka 157,8, naik dari 152,6 pada periode sebelumnya.
Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingginya curah hujan pada Januari 2025 dan musim Ramadan serta Lebaran yang jatuh pada kuartal pertama tahun depan. BI menargetkan inflasi tetap terkendali pada kisaran 1,5%-3,5% sepanjang tahun 2025.
Menurut laporan tersebut, peningkatan inflasi awal tahun juga berdampak pada penurunan Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) yang diprediksi sebesar 144,7 pada Januari dan 146,5 pada April 2025. Penurunan ini disebabkan oleh normalisasi permintaan masyarakat setelah momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), serta setelah Idul Fitri.
“Peningkatan IEH menunjukkan adanya kenaikan tekanan harga yang bersifat musiman, terutama akibat permintaan tinggi selama Ramadan dan Lebaran,” ungkap laporan BI.
Pengamat ekonomi, Dr. Bima Santoso, menyebut bahwa tekanan inflasi awal tahun adalah fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Namun, ia menekankan pentingnya langkah antisipatif dari pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Pemerintah perlu memastikan ketersediaan bahan pokok dan menjaga distribusi agar kenaikan harga tidak berlebihan,” jelasnya.
Sebagai langkah mitigasi, BI akan terus memantau dinamika harga dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam menjaga stabilitas inflasi. Selain itu, langkah strategis juga diambil untuk memastikan ketersediaan pasokan barang terutama pada masa-masa puncak permintaan.
Warga diimbau untuk lebih bijak mengelola anggaran rumah tangga menghadapi potensi lonjakan harga di awal tahun. Inflasi yang meningkat dapat berdampak pada pengeluaran sehari-hari, terutama untuk kebutuhan pokok.