Dexview – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali mengguncang dunia bisnis internasional sepanjang 2025. Dari pusat teknologi Amerika Serikat hingga industri energi di Eropa, puluhan perusahaan besar melakukan perampingan besar-besaran demi menekan biaya operasional dan mengalihkan fokus investasi ke teknologi kecerdasan buatan (AI) serta otomatisasi.
Raksasa e-commerce Amazon memulai tahun dengan memangkas sekitar 14.000 karyawan korporat, atau 4% dari total tenaga kerjanya secara global. Keputusan ini merupakan bagian dari strategi efisiensi di tengah meningkatnya investasi perusahaan pada AI generatif dan layanan komputasi awan. Tak jauh berbeda, perusahaan logistik United Parcel Service (UPS) juga melakukan PHK terhadap 34.000 karyawan dan menutup 93 gedung operasional di Amerika Serikat untuk mempercepat transformasi digital.
Sementara itu, perusahaan makanan dan minuman asal Swiss, Nestlé, mengumumkan pemangkasan 16.000 posisi global dalam dua tahun mendatang. Langkah ini diambil untuk mengendalikan biaya produksi di tengah kenaikan harga bahan baku dan tarif impor baru. Di sektor mode, Adidas di Jerman turut memangkas 500 posisi di kantor pusat Herzogenaurach untuk menyederhanakan struktur organisasi yang dinilai terlalu kompleks.
“Tidak mungkin ada PHK besar-besaran di tengah ekonomi yang benar-benar kuat,” ujar Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments, saat diwawancarai di New York pada Jumat (31/10/2025). Ia menilai, gelombang PHK global ini menunjukkan bahwa dunia usaha tengah bersiap memasuki fase efisiensi besar menuju ekonomi berbasis teknologi.
Selain di Amerika dan Eropa, gelombang serupa juga terjadi di Asia. Beberapa produsen otomotif Jepang dan perusahaan manufaktur Korea Selatan melakukan efisiensi akibat menurunnya permintaan global. Fenomena ini mempertegas pergeseran arah industri dunia, dari tenaga kerja padat karya menuju sistem yang lebih digital dan otomatis.
Meski diwarnai kabar duka bagi jutaan pekerja, laporan World Economic Forum (WEF) menyebut bahwa transformasi ini akan membuka peluang baru di sektor digital, big data, dan keamanan siber. Hingga 2030, lapangan kerja berbasis teknologi diproyeksikan meningkat dua kali lipat, menggantikan sebagian besar posisi yang kini tergerus otomatisasi.
Gelombang PHK global 2025 menjadi cermin perubahan besar dunia kerja modern. Di tengah gejolak ekonomi, perusahaan berlomba menata ulang strategi agar lebih efisien, adaptif, dan siap menghadapi masa depan ekonomi digital.
