Samarinda – Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Nidya Listiyono mengatakan faktor utama yang mempengaruhi penurunan produksi gabah yakni berkurangnya lahan pertanian disertai cuaca buruk.
Tepat menjelang natal dan tahun baru 2024, DPRD Kaltim dihadapkan dengan tantangan terkait penurunan produksi gabah hingga 2,15 persen dari tahun 2022 lalu.
“Faktor utamanya bisa disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian dari pada dampak dari perubahan iklim El Nino,” ucap Nidya Listiyono saat ditemui di Gedung E DPRD Kaltim, Selasa (31/10/2023).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi petani di Kaltim selama tahun 2022 mencapai 239.430 ton Gabah Kering Giling (GKG), mengalami penurunan sebanyak 5.250 ton GKG atau sekitar 2,15 persen jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 244.680 ton GKG.
Politisi Golongan Karya (Golkar) itu mendorong pemerintah untuk memperhatikan ketersediaan stok beras menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
“Saat ini yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan stok beras menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru,” katanya.
Lebih lanjut, Nidya mendorong Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk merancang strategi yang efisien guna memenuhi kebutuhan masyarakat di Kaltim.
Nidya menekankan bahwa langkah-langkah antisipasi harus dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya terkait dengan perayaan-perayaan khusus seperti lebaran atau Natal.
“Keberlanjutan pasokan pangan sepanjang tahun perlu menjadi perhatian utama,” imbuhnya.
Meskipun Kaltim selama ini sering mendatangkan beras dari luar wilayah ketika stok menipis, namun katanya fokus utama harus selalu diberikan pada produksi beras lokal.
“Karena selama ini kita bergantung kepada daerah lain. Kenapa kita tidak buat produk beras sendiri saja? Misal beras Kalimantan. Karena secara lahar semisal di Kutai Kartanegara juga itu luas,” tandasnya.

