Gowa – Gelombang kemarahan warga Kecamatan Tompobulu memuncak bak api yang menyambar jerami kering ketika seorang pria berinisial A (47) ditangkap dan dihakimi massa. Ia diarak, dianiaya hingga tewas, lalu alat kelaminnya dipotong sebagai bentuk sanksi adat setelah disebut memperkosa seorang perempuan difabel dan melakukan serangkaian tindak kriminal yang telah lama membuat masyarakat resah.
Peristiwa itu terjadi setelah A yang baru 15 hari menghirup udara bebas kembali berulah. Pada [Jumat (5/12/2025)], warga mendapati bahwa ia diduga memperkosa T (37), seorang perempuan difabel dengan keterbatasan mental, di Desa Rappolemba.
Sebelumnya, ia juga disebut mencuri laptop dan melakukan tindak penganiayaan. A sempat melarikan diri ke Kelurahan Cikoro’ dan kemudian bersembunyi di hutan kaki Gunung Lompo Battang selama beberapa hari sebelum akhirnya ditemukan warga dalam kondisi lemah.
“Ini hukum adat. Dia sudah terlalu meresahkan,” ujar Alam, salah seorang warga Tompobulu, saat ditemui pada [Jumat (5/12/2025)].
Menurut Alam, sejak awal warga menolak kehadiran A setelah ia bebas dari penjara. Catatan kriminalnya panjang: pencurian uang Rp80 juta, pemerkosaan terhadap saudara tiri, hingga kasus kekerasan lain yang membuat masyarakat kehilangan kesabaran. Ia menegaskan bahwa tindakan warga merupakan letupan frustrasi yang terakumulasi dari ketakutan dan kemarahan yang selama ini ditahan.
“Dia sudah berkali-kali dipenjara. Warga di sini sudah tidak mau dia kembali,” tuturnya.
Aksi penghakiman sendiri terjadi setelah A tertangkap di pinggiran kampung dalam kondisi kelaparan. Ia diikat, diseret dari Desa Rappoala ke Rappolemba hingga kembali ke Cikoro’. Pemotongan alat kelamin dilakukan warga sebagai simbol penolakan adat terhadap pelaku kejahatan seksual, sebuah praktik yang mereka klaim sebagai bentuk sanksi sosial paling keras.
“Itu bentuk sanksi adat. Apalagi kalau sudah menyangkut pelecehan,” tambah Alam.
Di sisi lain, aparat kepolisian menegaskan bahwa A merupakan residivis yang belum lama keluar dari Lapas setelah menjalani pidana dua tahun kasus pencurian. Kapolres Gowa AKBP Muhammad Aldy Sulaiman menyebut pelaku kembali melakukan kriminalitas hanya dalam hitungan hari setelah bebas, termasuk aksi pencurian dan pemerkosaan terhadap T pada 30 November 2025.
“Korban (A) sangat meresahkan warga dan kembali melakukan kriminal dalam waktu singkat,” ujar Aldy pada [Jumat (5/12/2025)].
Situasi kian memanas saat polisi hendak mengevakuasi jasad A. Ribuan warga menghadang petugas, bahkan memblokade jalan dengan truk untuk mencegah akses aparat masuk ke lokasi. Kendati demikian, polisi menegaskan proses hukum terhadap pengeroyokan tetap berjalan dan mereka yang terlibat akan diproses sesuai aturan.
“Hukum tetap kami jalankan, siapa pun yang bersalah,” tegas Aldy.
Hingga kini, ratusan petugas gabungan bersama perangkat desa dan kecamatan berjaga di Tompobulu untuk mencegah konflik lanjutan. Peristiwa ini kembali membuka perdebatan lama mengenai benturan antara kemarahan komunal, praktik hukum adat, dan kewajiban negara menegakkan hukum formal.
Dengan tewasnya A, warga berharap rasa aman kembali pulih, meski bayang-bayang eskalasi sosial masih perlu diantisipasi.
