Weda – Di tengah riuh isu dugaan penyelundupan nikel yang menyeruak bak “asap di balik tungku”, sorotan publik tertuju pada PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP).
Kasus yang menyeret seorang warga negara China berinisial MY itu membuat berbagai pihak bertanya: siapa sebenarnya pengendali IWIP, dan apa benang merah perusahaan ini dengan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)?
Peristiwa bermula ketika Satgas Bandara Khusus IWIP mengamankan MY yang membawa material yang diduga nikel pada Senin (8/12/2025). Penangkapan itu terjadi di wilayah operasional perusahaan di Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Namun, pihak IWIP membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa barang yang dibawa bukan nikel, melainkan sampel alumina untuk keperluan laboratorium. Polemik inilah yang kemudian memicu publik menelusuri kepemilikan IWIP beserta jaringan usaha di baliknya.
“Material yang diamankan bukan barang ilegal dan tidak terkait aktivitas penyelundupan,” ujar perwakilan manajemen IWIP dalam keterangan resminya, menegaskan posisi perusahaan menghadapi isu tersebut.
Informasi mengenai pemilik IWIP menunjukkan bahwa kawasan industri itu dikendalikan oleh Tsingshan Group, raksasa baja asal China. Sebanyak 40 persen kepemilikan berada pada perusahaan tersebut, sementara porsi sisanya dimiliki Huayou Holding Group dan Zhenshi Holding Group Co. Ltd.
Di bawah payung IWIP beroperasi sejumlah perusahaan penting seperti PT Weda Bay Nickel (WBN), PT Yashi Indonesia Investment, dan PT Yousan Nickel Indonesia. WBN sendiri merupakan hasil patungan Tsingshan, Eramet asal Prancis, dan PT Antam Tbk, dengan Tsingshan menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 51,3 persen.
Keterkaitan IWIP dengan IMIP pun akhirnya mencuat ke permukaan. IMIP yang berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah, juga dinaungi Tsingshan melalui anak perusahaannya, Shanghai Decent Investment, dengan porsi kepemilikan 49,69 persen.
Di kawasan industri terintegrasi itu, Tsingshan mengoperasikan PT Tsingshan Steel Indonesia (TSI) dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), termasuk sejumlah smelter yang didukung pembangkit listrik besar. IMIP sendiri lahir melalui kolaborasi Tsingshan dengan PT Bintang Delapan Investama serta PT Sulawesi Mining Investment sejak 2009.
Figur sentral di balik ekspansi industri nikel ini adalah Xiang Guangda, pendiri Tsingshan Group. Konglomerat China tersebut dikenal agresif membangun rantai pasok nikel global, termasuk investasi besar di Indonesia dan Amerika Selatan.
Forbes mencatat kekayaan Xiang mencapai sekitar USD 4,1 miliar hingga awal Desember 2025, menunjukkan skala pengaruh finansial yang menopang ekspansi perusahaannya. Dengan kepemilikan yang saling terkait antara IWIP dan IMIP, dinamika industri nikel Indonesia semakin kompleks.
Sorotan atas kasus terbaru di IWIP memantik diskusi lebih luas mengenai tata kelola, transparansi, serta peran investor asing dalam rantai pasok mineral strategis nasional. Dalam suasana yang terus memanas, publik menantikan kejelasan fakta dan langkah penyelesaian dari otoritas terkait.
