Jakarta – Proses merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) disertai keputusan mengejutkan dari jajaran direksi XL Axiata. Hingga saat ini, empat petinggi XL, termasuk Direktur Utama Dian Siswarini, telah mengajukan pengunduran diri menjelang rampungnya merger yang ditargetkan selesai pada semester pertama 2025.
Dian Siswarini menjadi yang pertama mundur dengan surat pengunduran dirinya yang diajukan pada 3 Desember 2024. Selanjutnya, Direktur XL Axiata Abhijit Navalekar menyusul pada 24 Desember 2024. Terbaru, Direktur Rico Usthavia Frans dan I Gede Damuyusa turut menyampaikan pengunduran diri pada 7 Januari 2025.
Corporate Secretary XL Axiata, Ranty Astari Rachman, menjelaskan bahwa pengunduran Rico Usthavia Frans akan resmi berlaku setelah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sementara, pengunduran I Gede Darmayusa baru efektif setelah aksi korporasi merger selesai. “Proses ini sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk memastikan keberlanjutan operasional,” ujar Ranty, Jumat (10/1/2025).
Dian Siswarini sebelumnya menegaskan bahwa keputusan mundurnya tidak terkait langsung dengan proses merger. “Saya sudah menyampaikan niat mengundurkan diri sejak awal tahun,” kata Dian dalam konferensi pers Desember lalu.
Merger antara XL Axiata dan Smartfren ditargetkan selesai pada semester pertama 2025. Axiata Group Berhad dan Grup Sinarmas akan memegang masing-masing 34,8% saham XLSmart, entitas baru hasil merger tersebut. Dalam keterangan resminya, XL menyebut entitas yang bertahan adalah EXCL, sementara FREN akan dihapus dari Bursa Efek Indonesia (delisting).
Direktur FREN, Antony Susilo, memastikan pemegang saham Smartfren dapat mengonversi kepemilikan mereka menjadi saham XL dengan rasio harga yang sudah ditentukan. “Ini adalah langkah strategis untuk memperkuat posisi kedua perusahaan di industri telekomunikasi nasional,” ujar Antony.
Merger ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing XL dan Smartfren, terutama dalam menggarap pasar layanan 5G. Seiring rampungnya proses ini, industri telekomunikasi Indonesia diprediksi akan mengalami transformasi signifikan, dengan entitas baru yang lebih kompetitif di pasar regional.