Jakarta – Teror terhadap kebebasan pers kembali menghantui. Dua kiriman mengerikan berupa kepala babi dan enam bangkai tikus ke kantor redaksi Tempo, Jakarta, memicu respons keras dari organisasi jurnalis Pro Jurnalismedia Siber (PJS). Melalui konferensi pers daring pada Senin (24/3/2025), DPP PJS menyatakan empat sikap tegas menolak intimidasi terhadap media.
Aksi teror pertama terjadi pada Rabu (19/3/2025) ketika satpam menerima paket kepala babi tanpa telinga yang ditujukan kepada jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana. Teror kedua menyusul Sabtu (22/3/2025) berupa kardus berisi enam bangkai tikus yang dilempar orang tak dikenal pada dini hari.
Ketua Umum DPP PJS, Mahmud Marhaba, mengecam keras tindakan tersebut yang disebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan konstitusi.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Kita menolak dan mengutuk segala tindakan yang menghalangi kerja-kerja jurnalistik. Kebebasan pers adalah hak yang dijamin konstitusi,” tegas Mahmud.
DPP PJS menyampaikan empat poin sikap tegas: menolak segala bentuk tindakan teror, mengutuk aksi yang melanggar UU Pers, mendesak Kapolri untuk mengungkap pelaku dan motifnya, serta menyerukan solidaritas di antara insan pers nasional.
Ketua DPD PJS Gorontalo, Jhojo Rumampuk, dalam pernyataannya juga menyampaikan tambahan lima poin sikap yang menguatkan dorongan terhadap penegak hukum dan pentingnya solidaritas antar media.
“Kami mengingatkan pemerintah untuk benar-benar menjamin ruang bebas bagi pers, tanpa tekanan atau ancaman dalam bentuk apa pun,” ujarnya.
Konferensi ini turut menyoroti pentingnya perlindungan jurnalis dalam menjalankan tugas di tengah meningkatnya ancaman kekerasan simbolik dan teror fisik.
“Kita tidak takut. Tapi harus tetap mempertimbangkan keselamatan pribadi. Tidak ada berita seharga nyawa,” ujar Mahmud menutup pernyataannya.
PJS menegaskan komitmennya untuk mengawal kebebasan pers dan menjaga ruang kerja jurnalistik yang aman dan bebas dari intimidasi.