Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Lepaskan Ketegangan, Raih Kedamaian

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 24 Oktober 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Jangan Serahkan Pendidikan ke Negara yang Tak Konsisten

Pemerintah tak pernah serius membangun pendidikan, kecuali saat butuh legitimasi politik dari generasi muda.
Udex MundzirUdex Mundzir30 April 2025 Editorial
Ilustrasi guru yang sedang mengajar dihadapan siswa (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Enam kali ganti kurikulum dalam dua dekade terakhir mencerminkan betapa pendidikan di Indonesia dijalankan tanpa arah yang konsisten. Mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, KTSP 2006, Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat saat pandemi, Kurikulum Merdeka 2022, hingga Kurikulum Nasional 2024. Semua datang silih berganti, seolah pendidikan bisa disesuaikan dengan selera kekuasaan.

Rata-rata, satu kurikulum hanya bertahan kurang dari empat tahun. Setiap kali kursi Menteri Pendidikan berganti, arah kurikulum pun ikut berubah. Padahal, pendidikan bukan ruang eksperimentasi kebijakan. Ini adalah ruang kehidupan yang menentukan masa depan generasi bangsa.

Perubahan itu bukan persoalan. Yang jadi masalah adalah perubahan yang terlalu cepat, terlalu sering, dan tanpa evaluasi menyeluruh. Kurikulum seharusnya tumbuh bersama proses, bukan didorong oleh ego birokrasi yang ingin meninggalkan jejak kebijakan.

Guru menjadi korban utama dari instabilitas ini. Mereka harus mengikuti pelatihan berulang, menyusun ulang perangkat ajar, dan menyesuaikan metode yang terus berubah. Dalam kondisi semrawut seperti ini, bagaimana mungkin kualitas pendidikan dapat dijaga?

Siswa pun tak luput dari dampaknya. Mereka tumbuh dalam sistem yang tak sempat matang. Belum sempat memahami pendekatan satu kurikulum, mereka sudah dihadapkan pada sistem baru. Alih-alih memfasilitasi pembelajaran, kurikulum justru membingungkan.

Pendidikan seharusnya menjadi investasi jangka panjang. Namun apa yang kita lihat adalah keputusan jangka pendek yang hanya menguntungkan satu periode jabatan. Padahal, generasi muda tidak hidup untuk masa jabatan menteri. Mereka hidup untuk masa depan mereka sendiri.

Kita tak bisa lagi menyerahkan seluruh urusan pendidikan anak kepada negara. Negara tak pernah serius membangun sistem pendidikan yang tahan lama. Yang mereka urus hanyalah akreditasi, sertifikasi, dan distribusi ijazah.

Maka, didiklah anak kita sendiri. Jadikan rumah sebagai sekolah yang pertama dan utama. Jangan serahkan akal sehat anak-anak kita pada kurikulum yang berubah setiap kali kabinet reshuffle.

Nilai-nilai hidup seperti kejujuran, keberanian, logika berpikir, dan empati sosial tidak akan diajarkan secara utuh di sekolah. Apalagi jika sekolah hanya fokus pada pencapaian angka ujian.

Ijazah masih dibutuhkan untuk hidup di Indonesia. Maka, ambillah ijazah itu dari sekolah. Namun arahkan pendidikan sejati anak kita di rumah, di lingkungan, dan dalam praktik hidup sehari-hari.

Jargon “Merdeka Belajar” hanya akan jadi slogan jika sistemnya tetap otoriter. Tidak ada kemerdekaan di bawah sistem pendidikan yang dipakai sebagai alat kontrol birokrasi.

Jika pendidikan terus dijadikan proyek politis, maka anak-anak kita akan terus menjadi korban. Mereka tak pernah punya kesempatan untuk mengenali potensi dirinya karena terus dibentuk sesuai proyek pejabat.

Saatnya orang tua bangun dari tidur panjang. Jangan biarkan negara yang belum selesai dengan urusan kekuasaannya, turut mengatur seluruh isi pikiran anak-anak kita.

Mereka berhak tumbuh dalam sistem yang mendidik, bukan menekan. Mereka berhak mengenal nilai-nilai hidup, bukan sekadar hafalan dan lembar soal.

Pendidikan sejati tak bisa diproduksi massal. Ia hanya bisa ditanamkan secara personal—oleh orang tua yang sadar, oleh keluarga yang peduli.

Ambillah peran itu. Jangan tunggu negara berubah. Karena sejarah membuktikan, negara terlalu lambat, terlalu ragu, dan terlalu politis dalam soal pendidikan.

Kritik Pendidikan Kurikulum Nasional Pendidikan Indonesia Peran Orang Tua Politik Pendidikan
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleLoa Kulu Ikuti Pelatihan Kelola Sampah Berbasis Masyarakat
Next Article DPRD Kaltim Kawal Pengalihan Jalan Nasional di Kutim

Informasi lainnya

Mahasiswa UT Tasikmalaya Jadi Panitia Jambore Muslim Dunia Pertama

14 September 2025

Prabowo Targetkan 330 Ribu Smart TV untuk Sekolah

11 September 2025

Waspadai, Purbaya Anak Buah Luhut

9 September 2025

Bersih-Bersih Kabinet Prabowo Dimulai

9 September 2025

Orde Baru Jauh Lebih Baik

8 September 2025

Jokowi, Mengapa Masih Ikut Campur?

4 September 2025
Paling Sering Dibaca

Refleksi Kemenangan dan Kekalahan dalam Pilkada 2024

Editorial Udex Mundzir

Menghapus Jerat Judi Online Pasca Pilkada

Editorial Udex Mundzir

Kenali Calon Istrimu dengan 3 Cara Ini: Panduan Islami untuk Memilih Pasangan

Opini Udex Mundzir

Kemenag Pantau Hilal di 125 Lokasi, Puasa Bisa Dimulai 1 Maret

Islami Assyifa

Pajak dan Beban Kehidupan

Editorial Udex Mundzir
Berita Lainnya
Kesehatan
Alfi Salamah23 Oktober 2025

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Kasus Radiasi Cikande Masuk Tahap Penyidikan, PT PMT Dianggap Lalai

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

Menkeu Purbaya Pertimbangkan Pemangkasan PPN Tahun 2026

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.