Jakarta – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), berkomitmen memperluas proyek pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO). Setelah sukses dikembangkan di Kilang Cilacap, proyek yang dikenal dengan nama USAF (UCO to SAF) ini kini diarahkan ke Kilang Dumai dan Kilang Balongan sebagai bagian dari upaya memperkuat energi hijau nasional.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman menyampaikan bahwa pengembangan USAF merupakan kontribusi nyata Pertamina dalam transisi energi. Ia menjelaskan, proyek ini didukung oleh Peraturan Menteri ESDM No. 4 Tahun 2025 dan sejalan dengan roadmap Kemenko Marves yang mempercepat target implementasi SAF dari tahun 2027 ke 2026.
“Project USAF ini adalah bukti nyata bahwa kami berkomitmen untuk tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga mengembangkan portofolio energi rendah karbon yang berkelanjutan,” ujar Taufik, Rabu (28/5/2025).
Produksi bioavtur berbahan minyak nabati sebenarnya telah dimulai sejak 2020 di Kilang Cilacap, menghasilkan produk Bioavtur J2.4 dari Palm Kernel Oil. Produk tersebut telah digunakan dalam dua uji coba penerbangan, yakni pesawat CN-235 dan rute komersial Garuda Indonesia Jakarta–Solo.
Taufik menambahkan bahwa proyek USAF telah masuk tahap komersialisasi sejak 2024 dan kini memasuki fase perluasan produksi. Kilang Dumai dan Kilang Balongan disiapkan untuk meningkatkan kapasitas serta memulai trial produksi skala besar. Pertamina juga merencanakan pengoperasian Green Refinery Project di Cilacap pada 2028 dengan kapasitas 6 MBSD untuk mengolah UCO dan POME.
Plt. Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra mengungkapkan pihaknya telah memasang alat pengumpul minyak jelantah di sepuluh SPBU di Jakarta. Hingga kini, lebih dari 6.000 orang secara sukarela menyetorkan minyak jelantah sebagai bahan baku USAF.
“Alat ini masih dalam tahap piloting, tapi respons masyarakat sangat positif. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan proyek ini,” kata Mars Ega.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyebut USAF sebagai prestasi yang menandai kesiapan Pertamina dalam menjawab tantangan global terkait energi bersih. Ia mengajak semua pihak untuk terus bekerja sama agar inisiatif ini benar-benar memberi dampak bagi ketahanan energi dan lingkungan.
“Project USAF adalah jawaban dari tantangan global untuk menjamin ketahanan energi, keterjangkauan harga, dan keberlanjutan lingkungan secara bersamaan,” tegas Simon.
